Pengertian Dan Jenis-jenis Komunitas Menurut Ahli
Beberapa definisi tentang komunitas yang diungkapkan oleh para ahli antara lain sebagai berikut :
Menurut McMillan dan Chavis (1986) mengatakan bahwa komunitas merupakan kumpulan dari para anggotanya yang memiliki rasa saling memiliki, terikat diantara satu dan lainnya dan percaya bahwa kebutuhan para anggota akan terpenuhi selama para anggota berkomitmen untuk terus bersama-sama.
Community is “ a feeling that members have of belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and a shared faith that members needs will be meet through their commitment to be together “ – McMillan & Chavis (1986)
Jauh sebelum McMillan & Chavis mengutarakan pendapatnya tentang komunitas, Hillery, George Jr. (1955) telah mengutarakan terlebih dulu dengan melakukan studi tentang komunitas dalam psikologi rural, komunitas adalah hal yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (Physical or geographical location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (needs).
Community bounded by Physical or geographical location (Neighborhood, School) and Basic of Common Interests, Goals or needs (Sporting, hobby or political groups) – Hillery, George, Jr (1955)
Definisi komunitas adalah individu atau orang – orang yang mempunyai kesamaan karakteristik seperti kesamaan geografi, kultur, ras, agama, atau keadaan sosial ekonomi yang setara. Komunitas dapat didefinisikan dari lokasi, ras, etnik, pekerjaan, ketertarikan pada suatu masalah – masalah atau hal lain yang mempunyai kesamaan.
“Community is aggregate of persons with common characteristics such as geographic, professional, cultural, racial, religious, or socio economic similarities, communities can be defined by location, race, ethnicity, age, occupation, interest in particular problems or outcomes or others common bond”
Webster’s new world dictionary (1998) mengatakan komunitas adalah sekelompok orang yang tinggal bersama sebagai unit sosial yang mempunyai ketertarikan antar satu dan yang lain.
Dalam Democracy and Education, Dewey melihat komunitas terbangun dari ikatan-ikatan (commonalities) yang secara rumit saling terkait melalui komunikasi. Dewey mengamati bahwa “masyarakat tidak terus ada karena penyebaran, karena komunikasi, tetapi cukup layak jika dikatakan bahwa masyarakat terwujud dalam komunikasi” (1916, hlm. 4). Ikatan-ikatan, dalam bentuk seperti ‘tujuan, kepercayaan, dan pengetahuan’ (hlm. 4), adalah keharusan bagi terbentuknya komunitas, dan terbangun melalui komunikasi. Dalam konsepsi Dewey, komunikasi dan cara-cara di mana komunikasi dilakukan adalah krusial bagi pembentukan komunitas, dan kita bisa menyimpulkan juga bahwa ‘kualitas’ komunikasi menyatu dengan kualitas komunitas tersebut.
Tidak ada pengertian atau definisi yang diterima dan diakui secara luas untuk sebuah kata “komunitas”. Kata – kata yang digunakan adalah untuk mendiskriminasikan yang ditujukan kepada suatu grup negara, grup keagamaan, sebuah grup dari suatu organisasi professional, serta suatu grup dari ketetanggaan. Bagaimanapun juga, dalam sebuah survey kontemporer yang digunakan dalam hal ini, Garcia, Giuliani, dan Wiensenfeld (p 728-729) menemukan bahwa diperlukan satu atau lebih konsep dasar untuk membentuk sebuah atau suatu komunitas. Hal ini termasuk: sekelompok masyarakat, mempunyai interaksi sosial, berbagi pengalaman atau budaya, memiliki kesamaan dalam hal geographis seperti suatu lingkungan tempat tinggal yang sama, dan memiliki rasa kepemilikan terhadap komunitas tersebut. Gusfield membagi penggunaan arti komunitas yang berbeda menjadi dua kategori. Yang pertama merujuk pada persamaaan lokasi geografi, atau teritori. Persamaan ini muncul dari adnya perasaan memiliki wilayah tempat tinggal yang sama, kota ataupun negara bagian. Kategori yang kedua terdiri dari komunitas yang terbentuk dikarenakan oleh persamaan minat ataupun hobi dari para anggotanya, yang tidak terlalu peduli akan wilayah tempat tinggal seperti pada kategori pertama (Gusfield 1975). Dan setelah lebih dari dua puluh tahun, konsep komunitas yang berdasarkan pada sisi geografi untuk berinteraksi sosial telah berpindah ke satu tempat yang lebih baik dan penting dalam hal arti dan identitas. Dalam Cohen (1985) menyarankan bahwa komunitas memiliki pengertian yang lebih baik sebagai simbol sebuah struktur daripada hanya sebagai tempat berdasarkan pada pelatihan serta pembelajaran sosial. Dalam penjelasan pertamanya The WELL (Whole Earth
‘Lectronic Link), salah satu dari dukungan yang paling pertama muncul untuk membangun ruang sosial, Rheingold menekankan potensi sosial dari komunikasi secara online. Ia mengartikan komunikasi yang sebenarnya sebagai “kelompok sosial yang muncul dari Internet ketika sejumlah orang melanjutkan percakapan umum tersebut dengan perasaan manusia yang cukup untuk membentuk jaringan hubungan pribadi dalam Internet” (Rheingold, 1993, p. 5).
Analis jaringan, yang tidak seperti sosiologis komunitas yang merujuk pada tempat atau wilayah, lebih menyukai mendefinisikan komunitas dengan istilah relasi antara orang-orang dengan dunia, yang berbagi cara pandang. Wellman dan Gulia (1999) menunjukkan bahwa “komunitas tidaklah harus suatu kelompok tersendiri yang padat akan para tetangga tetapi dapat juga sebagai jaringan sosial dari anggota keluarga, teman dan rekan kerja yang tidak perlu tinggal dalam satu lingkungan yang sama. Dengan cara yang sama, Royal dan Rossi (1996, p. 395) memberikan pandangan bahwa “makna dari komunitas sebagai fenomena teritorial telah sirna, dan pada saat yang sama makna dari komunitas sebagai fenomena hubungan antar sesama telah berkembang”.
Dalam Imaginary Communities, Anderson (1991, p.5) menjelaskan sebuah bangsa sebagai “bayangan komunitas politik” merupakan bayangan para anggota yang berbagi ide umum dalam asosiasi mereka, meskipun mereka tidak pernah bertemu dengan anggota lainnya. Pada kenyataannya, semua komunitas yang mula- mula melakukan kontak secara tatap wajah dan itu adalah gaya dimana mereka dibedakan satu dengan yang lainnya. Semenjak Internet menyediakan berbagai macam cara baru untuk mengamati dunia ini, mulai tercipta kemungkinan untuk membentuk komunitas dengan cara yang berbeda.
Echoing Anderson, Poster (1995, pp. 35-6) mengingatkan kita bahwa, hanya dengan sebagai komunitas yang sebenarnya menunjukkan karakter dari apa yang kita pertimbangkan untuk menjadi ‘komunitas yang nyata’. Komunitas yang ‘nyata’ juga bergantung pada khayalan, penentu yang sangat penting dari sebuah komunitas yang benar, Poster menyarankan, bahwa setiap anggota kelompok memperlakukan komunikasi diantara mereka dengan sangat penting dan cukup berarti. Baik Rheingold’s secara elektronik menengahi “webs sebagai hubungan pribadi,” maupun Wellman’s “jaringan sosial,” membentuk sebuah komunitas, kemudian, bergantung pada tahap dimana para anggota menyatakan keberadaan akan karakter yang sangat penting yang dapat mendukung komunikasi yang berarti. Karakter-karakter tersebut berada pada tahap dimana mereka dapat membayangkannya atau merasakannya dengan ikut berpartisipasi. Ini adalah apa yang Sarason (1977, p. 157) gambarkan sebagai sebuah “sense of community” secara psikologis.
Cukuplah membantu memulai dari nol bahwa komunitas dapat didekati sebagai sebuah nilai (Frazer 2000: 76). Dapat juga digunakan untuk menjelaskan berbagai elemen, seperti solidaritas, tanggung jawab, kebersamaan dan kepercayaan. Seperti yang tertulis dalam spanduk Revolusi Prancis – rasa persahabatan (seperti dari yang kebanyakan kita ingat, kemerdekaan dan persamaan). Para sosialis seperti William Morris mengatakan “persahabatan” yang serupa:
Persahabatan adalah surga dan kurangnya persahabatan adalah neraka; persahabatan adalah kehidupan dan kurangnya persahabatan adalah kematian; dan yang kau perlukan dalam dunia ini adalah persahabatan. (A Dream of John Ball, Ch. 4; first published in The Commonweal 1886/7)
Cohen (1985: 12) berpendapat bahwa ‘komunitas’ melibatkan dua saran yang saling berkaitan yakni anggota dari sebuah kelompok yang memiliki sesuatu yang sama dengan yang lainnya; dan sesuatu yang diselenggarakan pada umumnya membedakan mereka secara signifikan dari anggota kelompok lainnya. Oleh karena itu, komunitas mengandung kesamaan dan perbedaan. Itu adalah sebuah gagasan yang berhubungan:’pertentangan antara satu komunitas dengan yang lainnya atau dengan keberadaan sosial lainnya’ (op. cit.). Ini mengarahkan kita akan pertanyaan atas daerah perbatasan tersebut- apa yang menandai adanya permulaan dan akhir dari sebuah komunitas?
Pendapat Cohen akan daerah perbatasan tersebut, dapat diibaratkan seperti peta (sebagai daerah administrasi), atau dalam hukum, atau dengan bentuk fisik seperti sungai atau jalan. Beberapa diantaranya mungkin bersifat keagamaan atau berhubungan dengan bahasa. Akan tetapi tidak semua daerah perbatasan itu mudah dimengerti: ”Mereka mungkin berpikir, lebih baik sebagai wujud dalam pikiran dari pemirsa” (Cohen 1985: 12). Seperti mereka yang dapat dilihat dari berbagai macam cara, akan tetapi tidak hanya dari salah satu sisi diantara mereka, tetapi juga dengan orang-orang dari sisi yang sama. Ini merupakan lambang faktor dari komunitas (keakraban) daerah perbatasan dan merupakan dasar untuk mendapatkan penghargaan bagaimana masyarakat menemukan pengalaman dalam berkomunitas. Sebuah contoh nyata untuk hal ini adalah sejenis upacara keagamaan orang-orang yang berkaitan dengan perayaan keagamaan, sebagai contoh upacara keagamaan, benda-benda yang terlibat dan aktivitas dari pendeta, imam ato rabi. Sebetulnya, itu cukup berarti bahwa anggapan mengenai komunitas timbul kembali dalam beberapa agama utama:
… kecocokan para umat Kristiani dengan keakraban orang-orang suci dan perhimpunan dan Perjamuan suci sebagai wujud dari komunitas; kesatuan dari umma atau komunitas dalam tradisi Islam dan praktik teology sementara, komunitas merupakan topic yang paling menonjol dalam ajaran Yahudi, dan Buddha. Ajaran Kong Fu Ze tidak termasuk, tentu saja sebuah agama, tetapi ajaran Kong Fu Ze modern cukup dekat dengan ajaran Buddha dan kepercayaan tradisional dari keluarga dan nenek moyang, dan norma keluarga dari para pengikut ajaran Kong Fu Ze dan komunitas kehidupan sangat signifikan dalam konteks sementara (Frazer 1999: 24)
Setiap ekspresi memiliki lambang masing-masing dan tanda dari daerah perbatasan membatasi siapa yang berada dalam komunitas dan siapa yang tidak berada dalam komunitas. Perbatasan tempat dari orang-orang yang berada di dalamnya atau dibelakang garis. Penjelasan mengenai ‘komunitas’ dapat menjadi exclusionary act. Keuntungan dari memiliki kelompok tertentu ditolak oleh meraka yang tidak termasuk dalam kelompok. Sebuah contoh yang cukup jelas adalah ‘komunitas pagar’ di USA dan UK. Sebuah halangan materi diciptakan untuk menjaga agar tetap berada diluar, dalam hal ini, mereka yang miskin atau mereka yang dianggap sebagai ancaman atau bahaya (Blakely and Snyder 1997).
Komunitas Sebagai Jaringan dan Sistem Sosial Lokal
Lee dan Newby (1983: 57) menerangkan, pada dasarnya manusia hidup erat dengan yang lain tidak berarti mereka melakukan berbagai macam kegiatan satu dengan yang lainnya. Mungkin hanya terdapat sedikit interaksi antara para tetangga. Akan tetapi itu adalah sifat dasar dari sebuah hubungan dan dari jaringan social mana mereka berasal adalah salah satu bagian yang sering menjadi sebuah aspek yang cukup signifikan untuk sebuah komunitas.
Ketika orang menanyakan apa arti dari ‘komunitas’ untuk mereka, itu adalah salah sau kutipan yang sering dikutip.’Untuk kebanyakan dari kita, arti yang cukup dalam dari kepunyaan adalah keakraban kita dalam interaksi sosial kita, terutama keluarga dan teman. Selain dari tempat kerja, gereja, tetangga, kehidupan di kota dan berbagai macam ikatan lainnya (Putnam 2000: 274). Selain membantu kita untuk membangun sebuah persaan akan diri kita sendiri, seperti hubungan yang tidak resmi ‘juga memungkinkan kita untuk mencari jalan kita dalam berbagai macam kebutuhan dan berbagai macam kemungkinan peristiwa lainnya dalam kehidupan sehari- hari’(Allan 1996: 2). Dalam studinya, Bott (1957: 99) berpendapat bahwa kedekatan dengan lingkungan social dalam kehidupan di kota merupakan suatu pertimbangan yang terbaik,’tidak dengan area setempat dimana mereka tinggal, akan tetapi jaringan akan hubungan social yang sesungguhnyalah yang mereka pertahankan, tanpa mempedulikan apakah semua itu dibatasi area setempat atau berjalan diluar daerahnya’. Bagi kebanyakan ilmuwan sosial, gagasan akan ‘jaringan’ cukup menarik dikarenakan itu dapat digolongkan dan diukur. Penulis seperti Stacey (1969) mengartikan komunitas sebagai sebuah ‘tanpa konsep’ dan pengganti sistem sosial setempat. ‘Hubungan’ akan jaringan sosial membantu menjelaskan atau setidaknya menggambarkan kunci akan pengalaman orang-orang.
Sebuah contoh akan analisa jaringan yang disediakan oleh Wenger’s study mendukung orang-orang yang lebih tua di North Wales (1984; 1989; 1995 dan didiskusikan oleh Allan 1996: 125-6). Dia melihat perubahan susunan akan sebuah jaringan melibatkan tiga kriteria: kedekatan hubungan sanak keluarga, tingkat keterlibatan para anggota keluarga, teman dan tetangga; dan tingkat interaksi antara para sukarelawan dan kelompok komunitas. Sebagai hasilnya, ia mengidentifikasi lima jenis jaringan yang mendukung.
Wenger dalam dukungan jaringan untuk orang-orang yang lebih tua. Wenger mengidentifikasikan lima jenis jaringan dalam studinya:
The local family-dependent support network. Ini sebagian besar bergantung pada kedekatan para anggota keluarga, yang sering berbagi kehidupan
The locally integrated support network. Secara khas, ini terdiri dari keluarga local, sahabat dan para tetangga..
The local self-contained support network. Biasanya terbatas dalam ukuran dan terdiri dari para tetangga, bentuk ini memiliki sedikit keterlibatan para anggota keluarga.
The wider community-focused support network. Melibatkan tingkat aktifitas komunitas yang cukup tinggi, bentuk ini juga memerlukan jumlah anggota keluarga dan para sahabat yang cukup banyak.
The private restricted support network. Terbentuk dengan ketidakhadiran para anggota keluarga, selain dari suami-istri dalam kasus tertentu, tipe ini juga berarti sedikit teman atau tetangga.
Jenis Komunitas
Disini kita akan menjelajahi arti dari komunitas dalam tiga jalan yang berbeda (after Willmott 1986; Lee dan Newby 1983; dan Crow and Allen 1995). Seperti:
Tempat. Suatu daerah atau tempat komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana orang-orang memiliki sesuatu yang sama, dan bagian ini dimengerti secara geografis. Cara lain untuk menamakan ini adalah ‘locality’. Pendekatan terhadap komunitas ini memperluas literatur – pertama dalam ‘pembelajaran komunitas’ dan akhir-akhir ini dalam studi setempat (sering terfokus dalam ruang pekerja).
Daya tarik. Dalam daya tarik atau ‘pemilihan’, orang-orang dalam komunitas berbagi karakteristik umum lainnya daripada tempat. Mereka dihubungkan bersama dengan berbagai faktor seperti, kepercayaan agama, orientasi sex, pekerjaan atau suku bangsa asal. Dengan cara ini memungkinkan kita untuk membahas mengenai ‘komunitas gay’, komunitas Katolik’ atau ‘komunitas orang-orang Cina’. Perkembangan dalam apa yang mungkin disebut sebagai identitas sosiologi dan diri sendiri memiliki peranan yang cukup penting dalam pembukaan konseptual wilayah tanpa komunitas berdasarkan wilayah dapat dimengerti’ (Hoggett 1997: 7). ‘Kelompok pemilihan’ dan kelompok yang disengaja’ (berdasarkan Hoggett op cit dari komunitas cyber) adalah kunci dari kehidupan yang sama.
Persamaan. Dalam kelemahannya, kita dapat melihatnya sebagai persamaan tempat, kelompok atau ide (dengan kata lain, itu adalah ‘semangat dari komunitas). Dalam kekuatannya, membentuk kebersamaan memerlukan sebuah pertemuan- tidak hanya dengan orang lain, akan tetapi juga dengan Tuhan dan ciptaannya. Satu contoh yang dapat dilihat disini adalah perkumpulan orang-orang suci umat Kristiani- penyatuan spiritual antara orang Kristen dan Kristus (dan untuk sekarang antara setiap orang Kristen). Yang lainnya adalah Martin Buber’s yang tertarik dalam pertemuan dan “diantaranya”.(http://www.infed.org/community/community.htm)
Mengapa Komunitas Penting
Sejak akhir dari abad ke 19, penggunaan arti komunitas telah meninggalkan beberapa asosiasi tambahan sekali lagi dengan pengharapan yang segar akan kedekatan, kehangatan dan harmoni yang baik antara orang-orang yang mempermasalahkan atau orang-orang yang dulu tidak jelas akan arti komunitas (Elias 1974, dikutip oleh Hogget 1997: 5). Sebelum tahun 1910, terdapat literatur kecil dari ilmu sosial yang memberikan sedikit perhatiannya akan “komunitas” dan benar pada tahun 1915 pertama kalinya didapatkan definisi sosial yang jelas muncul ke dunia. Hal ini dikemukakan oleh C.J. Galpin dalam hubungannya melukiskan komunitas pedalaman dalam pertukaran barang dan servis area yang mengelilingi pusat desa (Harper dan Dunham 1959: 10). Setelah itu beberapa definisi mengenai komunitas pun mulai muncul ke permukaan dengan cepat. Beberapa memfokuskan komunitas pada wilayah geografi, beberapa berpusat pada sekumpulan orang yang tinggal di wilayah tertentu dan yang lainnya melihat komunitas sebagai suatu area dari kehidupan biasa.
Di sisi lain dari itu semua beredar beberapa isu mengenai komunitas yang muncul dalam pembahasan politik. Untuk sebagian orang mungkin ini hanya sedikit lebih mengagungkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh masyarakat. Untuk yang lainnya, mungkin hal ini merupakan organisasi ideal yang sangat kuat seperti mereka- mereka yang menaruh perhatian kepada agenda komunitas yang lebih dalam.