Dari Sketsa Menjadi Solusi: Kisah di Balik Workshop Interior A-Z yang Menginspirasi Siswa SMA

Pernahkah Anda berhenti sejenak di sebuah kafe, ruang kelas, atau kamar tidur, dan bertanya-tanya, “Siapa yang merancang ruang ini, dan mengapa terasa begitu nyaman?” Kita semua hidup di dalam lingkungan yang didesain—dari rumah hingga ruang publik. Namun, proses kreatif dan pemikiran terstruktur di baliknya sering luput dari perhatian, terutama bagi generasi muda yang tengah mencari arah masa depan mereka. Banyak siswa SMA memiliki ketertarikan pada dunia kreatif, namun belum sepenuhnya memahami bahwa desain interior bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang fungsi, kenyamanan, dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari.

Menjawab kebutuhan ini, BINUS University melalui Departemen Desain Interior menghadirkan inisiatif Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Interior A-Z.” Dilaksanakan oleh Ibu Ira Audia Agustina, S.T., M.Ds., bersama dua mahasiswa, Nur Lathifah dan Aurel A, program ini dirancang khusus untuk siswa SMA Kristen Gloria 1, Surabaya. Pada 11 Juni 2025, sebuah ruang kelas biasa disulap menjadi studio desain dadakan, tempat 30 siswa diajak untuk tidak hanya melihat, tetapi juga mengalami langsung dunia perancangan interior yang dinamis dan penuh makna. Ini bukan sekadar pengenalan profesi, melainkan undangan untuk membuka wawasan dan mengeksplorasi potensi terpendam.

Bagaimana cara memperkenalkan dunia desain yang kompleks menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi pemula? Kuncinya terletak pada metode experiential learning—belajar melalui praktik langsung. Para siswa tidak hanya mendengarkan teori, tetapi terlibat aktif melalui diskusi interaktif, latihan sketsa, dan proyek mini yang menantang kreativitas. Mereka diperkenalkan pada tahapan berpikir desain (design thinking), mulai dari berempati pada kebutuhan pengguna, mendefinisikan masalah, hingga melahirkan ide-ide solutif. Puncaknya, dalam sesi studi kasus, setiap kelompok ditantang untuk merancang kamar tidur personal, mewawancarai anggota tim yang berperan sebagai “klien,” dan memvisualisasikan konsep mereka. Ruangan pun dipenuhi energi kolaborasi, suara pensil di atas kertas, dan percikan ide-ide cemerlang.

Dampak dari kegiatan ini jauh melampaui gambar denah atau pilihan warna. Melalui proses yang mereka jalani, para siswa tidak hanya belajar keterampilan teknis dasar, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara kreatif. Workshop ini membuka mata mereka bahwa desain interior adalah bidang karier potensial yang inklusif dan memiliki prospek luas. Lebih dari itu, mereka mulai memahami bagaimana sebuah ruang dapat dirancang secara berkelanjutan, ergonomis, dan mampu menciptakan koneksi emosional dengan penghuninya. Ini adalah cerminan sejati dari keberhasilan program: menyebarkan pemahaman tentang perancangan yang berpusat pada kebutuhan dan karakteristik pengguna.

Kisah workshop “Interior A-Z” adalah satu dari sekian banyak bukti nyata komitmen BINUS University dalam memberdayakan masyarakat dan membina generasi penerus bangsa. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat melampaui batas kurikulum formal, hadir untuk menginspirasi, dan memberikan dampak positif yang nyata. Inisiatif seperti ini tidak hanya memperkaya para siswa sebagai peserta, tetapi juga menjadi wadah bagi dosen dan mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu mereka demi kemajuan bersama.-