Inovasi PkM BINUS University, Minyak Jelantah Disulap Jadi Lilin & Sabun Ramah Lingkungan

Pulau Pramuka, salah satu destinasi wisata di Kepulauan Seribu, memiliki cerita baru tentang bagaimana limbah bisa disulap menjadi peluang. Lewat program Hibah PkM Dikti 2025, tim dosen dan mahasiswa BINUS University menghadirkan inovasi sederhana namun berdampak besar yaitu mengolah minyak jelantah rumah tangga menjadi sabun dan lilin aromaterapi.

Kegiatan ini dimulai pada 18–19 Agustus 2025, melibatkan sedikitnya tiga dosen dan dua mahasiswa dari Program Studi Marketing Communication BINUS Jakarta. Program ini tidak hanya fokus pada produk ramah lingkungan, tetapi juga mendorong promosi pariwisata berkelanjutan melalui literasi digital bersama komunitas Rumah Literasi Hijau di Kelurahan Pulau Panggang.

Inovasi dari Limbah, Inspirasi untuk Ekonomi Lokal

Program ini diketuai oleh Maryani, dosen Sistem Informasi BINUS, dan dikembangkan dari Hibah PkM Dikti 2024 yang sebelumnya berfokus pada pemanfaatan kertas bekas. Tahun ini, minyak jelantah dipilih karena menjadi salah satu limbah rumah tangga yang paling banyak dihasilkan masyarakat. Dengan pendekatan Asset Based Community Development (ABCD), kegiatan dilakukan berbasis potensi lokal yang dimiliki Pulau Pramuka.

Hari pertama, 18 Agustus 2025, diisi dengan pelatihan teknik pembuatan sabun aromaterapi dari minyak jelantah yang difasilitasi oleh Siswantini (Prodi Ilmu Komunikasi). Kegiatan ini menyasar kelompok perempuan pegiat lingkungan.

Kreativitas untuk Lingkungan dan Branding Pulau Pramuka

Hari kedua, 19 Agustus 2025, berfokus pada pelatihan pembuatan lilin aromaterapi serta kreasi kemasan ramah lingkungan dari kardus bekas bersama Titi Indahyani (Jurusan Desain Interior). Selain itu, Maryani juga membimbing pemuda Karang Taruna Pulau Panggang dalam strategi promosi digital melalui peningkatan kapasitas website dan Instagram untuk mendukung branding pariwisata daerah.

Antusiasme masyarakat begitu terasa. Hj. Mahariah, Ketua Komunitas Rumah Literasi Hijau, berharap agar produk-produk hasil pelatihan ini nantinya dapat dikenal luas: “Akan lebih baik jika souvenir ini bisa menjadi identitas khas Pulau Pramuka. Semoga program ini terus berlanjut.”

Lebih dari Sekadar Pelatihan

Program Hibah PkM Dikti 2025 ini dirancang berlangsung selama 10 bulan (Maret–November 2025) secara hybrid, menggabungkan sesi daring dan onsite. Lebih dari sekadar pelatihan teknis, tujuan utama program adalah membangun kesadaran lingkungan sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengembangkan produk berkelanjutan yang bernilai jual tinggi.

Inisiatif ini juga selaras dengan capaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama:

  • SDG 4 (Quality Education): meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat berbasis digital.
  • SDG 8 (Decent Work and Economic Growth): membuka peluang wirausaha baru berbasis potensi lokal.
  • SDG 17 (Partnerships for the Goals): mendorong kolaborasi berkelanjutan antara perguruan tinggi dan masyarakat.

Menyemai Harapan dari Pulau Pramuka

Lewat inovasi sederhana dari minyak jelantah, masyarakat Pulau Pramuka kini memiliki bekal keterampilan baru untuk menciptakan produk ramah lingkungan sekaligus meningkatkan daya tarik wisata daerah. Program ini membuktikan bahwa kolaborasi perguruan tinggi, komunitas, dan masyarakat lokal dapat menjadi langkah nyata menuju pembangunan berkelanjutan.

Apa ide inovatif yang bisa kamu lakukan dari limbah sehari-hari di sekitarmu?
Yuk, bagikan inspirasimu di kolom komentar! Siapa tahu ide kamu bisa menjadi langkah nyata menuju lingkungan yang lebih bersih dan masyarakat yang lebih sejahtera.

Ingin tahu lebih banyak cerita inspiratif pemberdayaan masyarakat dari dosen dan mahasiswa BINUS? Ikuti terus update terbaru di laman resmi Community Empowerment BINUS University atau Follow Instagram @binusempowerment dan bergabung dalam gerakan menciptakan perubahan positif untuk lingkungan dan masyarakat!