Inovasi Sosial Berbasis Empati: Kisah Inspiratif dari Social Innovation Camp BINUS di RPTRA Sungai Bambu

Di tengah dinamika Ibu Kota yang padat, kebutuhan akan solusi sosial yang inklusif dan berkelanjutan menjadi semakin mendesak. BINUS University, melalui semangat Community Empowerment tidak hanya berfokus pada keunggulan akademik, tetapi juga pada kontribusi nyata di tengah masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Pendampingan Berbasis Design Thinking: Strategi Penguatan Kompetensi Inovatif, Kolaboratif, dan Empatik Mahasiswa melalui Social Innovation Camp”. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai jembatan yang menghubungkan ide-ide segar mahasiswa dengan tantangan sosial riil di lapangan. Kami percaya, inovasi sejati lahir dari empati yang mendalam, dan Design Thinking menjadi metodologi yang sempurna untuk mewujudkan hal tersebut.

Kegiatan inspiratif ini digawangi oleh Dr. Yuli Eni, S.E., S.Kom., M.M., dari jurusan Manajemen BINUS University. Kolaborasi yang terjalin erat melibatkan Trans RPTRA Sungai Bambu dan Komunitas Jendela Jakarta sebagai mitra pelaksana. Kegiatan yang berlokasi di RPTRA Sungai Bambu, Jakarta Utara, acara ini tidak hanya melibatkan 20 mahasiswa untuk mengasah kompetensi mereka, tetapi juga 15 anak dari RPTRA Sungai Bambu sebagai bagian integral dari proses penemuan masalah dan solusi. Tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan pada 19 Juli 2025 ini adalah memberdayakan mahasiswa dengan kompetensi inovatif, kolaboratif, dan empatik, sambil pada saat yang sama, memberikan pendampingan yang fokus pada persoalan komunitas, salah satunya mengenai pengelolaan keuangan yang efektif sehingga menjadi penanda dimulainya perjalanan eksplorasi empati dan kreativitas.

Pendekatan Design Thinking menjadi kunci pada program kegiatan karena menekankan pada solusi yang human-centered, dengan memastikan bahwa setiap ide yang lahir berakar pada kebutuhan pengguna yang sebenarnya. Seluruh proses pendampingan berjalan melalui tahapan-tahapan Design Thinking yang kuat. Tahap pertama, Empathize yaitu mengajak peserta untuk duduk melingkar, berdialog, dan merasakan langsung konteks sosial di RPTRA. Dari sinilah muncul isu-isu vital, seperti keterbatasan akses pendidikan atau peluang ekonomi lokal, yang kemudian didalami dalam tahap Define. Atmosfer yang inklusif dan penuh warna di RPTRA Sungai Bambu menjadi panggung bagi tahap Ideate, di mana tanpa batasan, ide-ide kreatif dicurahkan untuk merespon permasalahan yang telah didefinisikan. Inilah sebuah proses di mana rasionalitas akademis bertemu dengan kepekaan sosial, menghasilkan sebuah cetak biru perubahan yang otentik.

Setelah sesi ideasi, peserta langsung memasuki tahap Prototype untuk mengubah ide menjadi rancangan awal menjadi berupa sketsa, simulasi program, atau alat sederhana. Tahap ini sangat krusial, berfungsi sebagai ruang uji coba skala kecil yang memungkinkan adanya perbaikan iteratif berdasarkan respon awal dari warga. Puncaknya adalah tahap Test, di mana solusi dipresentasikan kepada masyarakat untuk mendapatkan feedback demi penyempurnaan dan keberlanjutan. Seluruh rangkaian kegiatan ini tidak hanya melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dan menciptakan solusi inovatif, tetapi juga memperkuat kemampuan kolaborasi dan komunikasi lisan yang empatik sehingga dampaknya terasa, tidak hanya pada peningkatan kompetensi mahasiswa, tetapi juga pada terbukanya potensi keberlanjutan kegiatan bagi anak-anak RPTRA yang memerlukan pendampingan mentor.

Kegiatan Social Innovation Camp di RPTRA Sungai Bambu menjadi bukti nyata komitmen BINUS University untuk menumbuhkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial. Ini menjadi kisah tentang bagaimana empati dipadukan dengan metodologi yang tepat mampu menjembatani akademisi dan masyarakat dalam menciptakan solusi yang transformatif. Melalui upaya seperti ini, kami terus berupaya memperkuat ekosistem Community Empowerment yang memberdayakan.-