Ketika Teknologi Bertemu Tradisi: Kisah Aplikasi MFCA BINUS untuk UMKM Semut Batik

Di balik setiap lembar kain batik tulis, tersembunyi sebuah kisah tentang ketekunan, seni, dan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Prosesnya yang rumit, mulai dari membuat sketsa, nyanting, hingga pewarnaan berkali-kali, adalah sebuah dedikasi. Namun, di era modern ini, para perajin UMKM batik menghadapi tantangan ganda: bagaimana melestarikan keaslian karyanya sekaligus mengelola usaha secara efisien dan berkelanjutan? Bagaimana teknologi dapat menjadi sahabat bagi tradisi, membantu menghitung setiap helai benang dan tetes lilin agar tidak ada yang terbuang sia-sia?
Menjawab tantangan tersebut, lahirlah sebuah kolaborasi lintas disiplin dari BINUS University. Sebuah tim yang terdiri dari lima dosen dan dua mahasiswa—gabungan keahlian dari School of Accounting (SoA), School of Information Systems (SoIS), dan School of Computer Science (SoCS)—bersatu untuk sebuah tujuan mulia. Dilaksanakan oleh Ang Swat Lin Lindawati, Ph.D, bersama dengan Setiani Putri Hendratno, Elvita Rahmayanti Putri, Henry Lucky, dan Willy Kristian, mereka merancang sebuah solusi inovatif: prototipe aplikasi Material Flow Cost Accounting (MFCA) yang dirancang khusus untuk UMKM batik.
Pada tanggal 12 Agustus 2024, tim ini melakukan kunjungan penting ke mitra mereka, UMKM “Semut Batik” di Karang Tengah, Jakarta. Momen ini bukanlah sekadar presentasi, melainkan sebuah sesi uji coba dan sosialisasi yang interaktif. Dalam suasana yang akrab, para dosen dan mahasiswa mendemonstrasikan aplikasi yang telah mereka bangun. Di sinilah terjadi momen pencerahan yang krusial: aplikasi yang pada awalnya dirancang untuk proses batik printing ternyata diuji coba oleh perajin batik tulis, yang memiliki alur produksi jauh lebih kompleks.
Masukan yang diberikan oleh para perajin Semut Batik menjadi emas bagi pengembangan proyek ini. Mereka menjelaskan detail proses tambahan pada batik tulis yang perlu diakomodasi oleh sistem, seperti proses pencorengan (sketsa) dan biruning. Umpan balik langsung dari pengguna ini membuktikan betapa pentingnya kolaborasi dalam menciptakan teknologi yang benar-benar menjawab kebutuhan. Feedback ini bukan dianggap sebagai kekurangan, melainkan sebagai langkah penyempurnaan untuk menjadikan aplikasi MFCA lebih lengkap dan fleksibel, agar dapat digunakan baik oleh perajin batik tulis maupun cap.
Kisah pengembangan aplikasi MFCA ini adalah contoh sempurna bagaimana BINUS University memberdayakan masyarakat. Ini bukan tentang memaksakan teknologi, melainkan tentang mendengarkan, berkolaborasi, dan menciptakan solusi yang relevan bersama komunitas. Proyek ini menunjukkan bahwa inovasi yang paling berdampak lahir dari sinergi antara keahlian akademis dan kearifan praktisi di lapangan, menghasilkan sebuah purwarupa yang siap disempurnakan menjadi alat bantu berharga bagi keberlanjutan industri batik.
Ingin melihat lebih banyak bagaimana kolaborasi lintas fakultas di BINUS University menghasilkan solusi nyata bagi tantangan di masyarakat? Jelajahi cerita-cerita pengabdian kami yang lain dan saksikan bagaimana kami terus berupaya untuk membina dan memberdayakan Indonesia.-