Membangun Jembatan Budaya: Sekolah Indonesia Bangkok

Di tengah tantangan globalisasi dan dinamika kelas multikultural, peran pendidik semakin krusial sebagai agen perubahan—bukan sekadar penyampai materi. Di BINUS University, kami percaya bahwa memberdayakan komunitas, terutama dalam ranah pendidikan, adalah kunci untuk menciptakan dampak jangka panjang. Inilah kisah tentang bagaimana tim faculty member dari BINUS Malang terbang ke Thailand untuk menjalin kolaborasi yang hangat dan transformatif dengan Sekolah Indonesia Bangkok (SIB). Kegiatan bertajuk “Strategi Inovatif Pembelajaran Lintas Budaya: Penguatan Komunikasi Guru–Siswa di Kelas Multikultural” ini tidak hanya memperkuat citra akademik kami di kancah internasional, tetapi juga menyentuh langsung denyut nadi pengajaran di SIB—sebuah institusi strategis dalam memperkenalkan nilai-nilai Indonesia di luar negeri.

Sekolah Indonesia Bangkok adalah rumah bagi siswa dengan beragam latar belakang, menjadikannya ruang belajar multikultural yang menuntut strategi pengajaran yang adaptif dan inovatif. Tantangan komunikasi di lingkungan seperti ini memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar metode konvensional. Tujuan kami dalam International Community Development 2025 adalah menjawab tantangan tersebut: memperkuat kompetensi guru SIB dan membantu mereka mengembangkan strategi pembelajaran yang interaktif, inklusif, dan relevan. Sebanyak 10 guru dan 20 siswa SMA SIB menjadi mitra utama kami, yang antusias terlibat dalam sesi pelatihan dan workshop. Ini adalah cerminan visi bersama untuk membangun mutual understanding dan memperkaya pengalaman belajar dalam pendidikan global.

Kegiatan ini dirancang sebagai workshop dan sesi pelatihan interaktif, menggabungkan penyampaian materi, simulasi, dan diskusi dua arah. Salah satu fokus utamanya adalah sesi “Cross Culture Learning Innovation: Implementing Educational Boardgames to Foster Critical Thinking,” yang mengenalkan peserta pada penggunaan boardgames sebagai media pembelajaran kreatif dan interaktif. Sesi lain, “Creative Communication for Educators,” memberikan pelatihan kepada para guru tentang strategi komunikasi kreatif dan kolaboratif, termasuk simulasi interaksi guru–siswa dengan pendekatan student-centered learning. Antusiasme peserta terlihat jelas: mereka aktif berdiskusi, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman nyata menghadapi perbedaan budaya di kelas. Kegiatan ini dilaksanakan oleh berberapa dosen BINUS University, antara lain Rudi Yulio Arindiono, Lailatul Rifah, Baskoro Azis, Adhi Murti Citra Amalia H., dan Nur Kholis.

Dari evaluasi yang kami lakukan melalui pengamatan dan wawancara singkat, hasilnya sangat positif. Para peserta mengungkapkan bahwa materi yang disampaikan sangat relevan dengan tantangan harian mereka, dan banyak yang menyatakan keinginan untuk segera mempraktikkan pendekatan komunikasi kreatif yang telah dipelajari. Secara emosional, kami merasakan ikatan yang kuat: bukan hanya memberikan pelatihan, tetapi juga membangun jejaring kerja sama yang berpotensi mendorong penelitian kolaboratif dan pengembangan materi ajar yang relevan secara global. Pengalaman interaksi langsung ini menjadi inspirasi berharga bagi dosen BINUS untuk menyusun studi kasus dan modul pembelajaran inovatif, sekaligus mengaplikasikan keilmuan dalam konteks sekolah internasional. Ini adalah kontribusi nyata kami terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kami percaya bahwa keberhasilan suatu program adalah ketika ia memicu semangat untuk terus maju. Melihat tingginya komitmen mitra SIB untuk meningkatkan kualitas pengajaran, kami telah menyusun usulan penyempurnaan program untuk kelanjutan di masa mendatang, termasuk penambahan sesi praktik yang lebih panjang dan penguatan follow-up program melalui grup komunikasi daring untuk monitoring dan pendampingan. Sinergi ini akan terus kami jaga untuk menciptakan dampak jangka panjang.-