Membangun Masa Depan Berdampak: Kisah Inspiratif Siswa SMAK Penabur dan Sociopreneurship

Di era digital saat ini seseorang menjadi pengusaha tak lagi sekadar tentang mengejar laba semata, pada masa kini ada panggilan yang lebih mendalam yaitu berbisnis sambil menciptakan perubahan sosial yang positif. Inilah inti dari semangat Sociopreneurship yang coba ditanamkan oleh BINUS University melalui salah satu program pengabdian kepada masyarakat (PkM) terbarunya. Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan dunia kewirausahaan dengan hati nurani sehingga menjadikannya agenda yang sangat relevan untuk ditelusuri karena kami percaya melalui inspirasi dan edukasi menjadi modal awal untuk melahirkan generasi agen perubahan yang kemudian nantinya akan memperkuat ketahanan sosial bangsa.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dr. Drs. Cecep Hidayat, M.Si., seorang dosen dari Manajemen/BBS Binus University, dan secara khusus menargetkan siswa-siswi SMAK Penabur Harapan Indah karena sebagian besar siswa tersebut masih memiliki “kekurangpahaman tentang konsep dasar Sociopreneur serta prospeknya”. Ini adalah isu yang mendesak mengingat sociopreneurship menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi, seperti kemiskinan dan ketimpangan. Melalui program ini BINUS University tidak hanya mengajarkan teori bisnis, tetapi juga membentuk karakter pemimpin moral yang mampu menjembatani kesenjangan sosial.

Cerita ini terjalin pada tanggal 16 Juli 2025 yang berlangsung di Kampus Binus Bekasi, kegiatan ini bersifat pelatihan (training) yang melibatkan 18 orang peserta. Mereka tidak hanya diberikan teori saja namun diajak menganalisis studi kasus, seperti kisah di balik pendiri Gojek yaitu Nadiem Makarim yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi 200.000 orang. Metode ini memastikan bahwa setiap konsep dasar Marketing and Sales serta strategi pemasarannya dapat dipahami dan disusun secara efektif oleh peserta. Secara singkat kami mentransformasi materi akademik menjadi bekal praktis yang berorientasi pada dampak.

Dampak emosional dan pembelajaran yang dihasilkan sangat nyata sehingga menghasilkan kesuksesan dalam kegiatan yang diselenggarakan, sebab indikator utamanya akan pemahaman peserta terhadap konsep dasar Marketing and Sales tercapai. Sehingga kegiatan Sociopreneurship menjadi bukti bahwa benih-benih perubahan telah tertanam. Para siswa belajar untuk memprioritaskan dampak sosial, di mana sebagian besar keuntungan mereka diinvestasikan kembali untuk misi sosial tersebut.

Kisah ini menegaskan bahwa kolaborasi antara akademisi dan komunitas adalah kunci menuju masa depan yang lebih baik. Kami berharap pelatihan Sociopreneurship yang telah diselenggarakan ini menjadi langkah awal bagi para siswa untuk mulai merancang usaha yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memberdayakan komunitas dan mengatasi isu lingkungan, sejalan dengan semangat gotong royong Indonesia.-