Membuka Jendela Refleksi: Membekali Guru-Guru SMAK Cor Jesu dengan Dokumentasi Pembelajaran Praktis

Setiap guru memegang peranan kunci dalam membentuk masa depan. Di balik setiap sesi pembelajaran yang efektif, tersimpan kisah yang layak didokumentasikan—bukan hanya untuk memenuhi standar akreditasi, tetapi sebagai refleksi profesional yang bermakna. Tantangan dalam menciptakan dokumentasi pembelajaran yang praktis, reflektif, dan representatif inilah yang mendorong tim Pengabdian kepada Masyarakat dari BINUS University, dilaksanakan oleh Bapak Frederik Masri Gasa, S.IP., M.Si., untuk turun tangan.
Program bertajuk “Membuat Dokumentasi Pembelajaran: Praktis, Reflektif, dan Representatif” ini bukan sekadar pelatihan teknis. Ini adalah upaya pemberdayaan yang menyentuh inti profesionalisme guru—membantu mereka merayakan dan merefleksikan kembali dampak nyata yang telah mereka ciptakan di ruang kelas. Kegiatan ini dilaksanakan pada Juli 2025, menyasar komunitas guru-guru SMAK Cor Jesu di Malang, Jawa Timur. Sebanyak 30 guru dibekali keterampilan praktis, khususnya dalam memanfaatkan teknologi yang sudah mereka miliki—ponsel pintar—untuk merekam momen-momen emas dalam proses belajar mengajar.
Mengapa dokumentasi ini penting? Karena dokumentasi yang baik bukan hanya bukti administratif, tetapi juga alat refleksi diri untuk mengukur efektivitas pengajaran dan menyusun portofolio profesional yang kuat. Ketika guru dapat melihat kembali proses belajar mereka secara representatif, mereka lebih mudah mengidentifikasi peluang untuk berkembang dan menciptakan dampak positif yang berkelanjutan.
Tim BINUS, termasuk mahasiswa Syahla Athalia Athaya, merealisasikan program ini melalui pelatihan interaktif dan hands-on. Guru-guru diajak melampaui rasa kesulitan dalam membuat dokumentasi yang berstandar. Mereka belajar mengubah modul ajar menjadi skrip, menyiapkan perangkat sederhana seperti handphone dan mic wireless, hingga mendalami dasar-dasar sinematografi. Bayangkan, guru-guru yang sehari-hari fokus pada mata pelajaran kini mahir membedakan antara long-shot, medium-shot, dan close-up, serta menggunakan aplikasi editing gratis seperti CapCut, InShot, dan Canva Video. Ini adalah transfer ilmu yang transformatif dan terasa personal—membuktikan bahwa teknologi canggih tak selalu diperlukan untuk menghasilkan dokumentasi yang efektif dan bermakna.
Sisi human impact dari inisiatif ini sangat terasa. Keahlian ini memberdayakan para guru, memberikan mereka rasa kepemilikan dan kontrol terhadap narasi profesional mereka. Dokumentasi tidak lagi menjadi beban administratif, melainkan perpanjangan dari dedikasi dan kreativitas mereka. Dengan keterampilan merekam dan mengedit video yang sederhana namun efektif, proses pembelajaran dapat ditampilkan secara reflektif, representatif, dan mudah diakses. Kisah pengajaran mereka kini dapat diceritakan dengan visual yang kuat dan audio yang jernih, mengabadikan setiap usaha dan pencapaian.
Keberhasilan program ini juga berdampak pada pengkayaan materi kuliah di BINUS, khususnya pada mata kuliah Contemporary Content Production dengan topik Basic Cinematography. Ini memastikan bahwa ilmu yang disebarkan terus menginspirasi generasi mahasiswa berikutnya. Melalui kegiatan ini, BINUS University dan Fakultas Digital Communication and Hotel & Tourism telah menunaikan panggilan untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul, tetapi juga menjadi agen perubahan yang memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.-