Mencerahkan Masa Depan Digital Melalui UI/UX

Dalam hiruk pikuk inovasi digital, dua elemen sering kali menjadi penentu utama kepuasan dan loyalitas pengguna: User Interface (UI) dan User Experience (UX). Namun, seberapa dalam pemahaman ini meresap ke lapisan masyarakat, terutama generasi muda yang akan menjadi arsitek digital masa depan? Inilah yang mendorong tim dosen dari BINUS University untuk turun langsung, berbagi pengetahuan krusial, dan menanamkan semangat desain yang berempati. Kami percaya, pemberdayaan sejati dimulai dari transfer ilmu yang relevan—menjadikan individu bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai pencipta teknologi yang memahami kebutuhan manusia.

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertajuk “Penerapan Prinsip UI/UX dalam Pengembangan Desain Antarmuka untuk Meningkatkan Pengalaman Pengguna” yang dilaksanakan oleh Fathy Radhia, seorang dosen BINUS University menjadi wujud nyata dari komitmen tersebut. Fokus utama pelatihan ini adalah pengenalan peran desainer UI dan UX, delapan aturan emas dalam desain antarmuka, lima elemen desain UX, strategi penggunaan warna, hingga pentingnya wireframe. Sasaran utamanya adalah siswa SMA—komunitas muda yang sedang merancang mimpi-mimpi digital mereka. Menanamkan fondasi desain yang berpusat pada pengguna sejak dini adalah langkah strategis untuk membentuk generasi inovator yang berempati.

Dipimpin oleh Bapak Fathy Radhia dari Jurusan Information Systems, School of Information Systems (SOIS), kegiatan ini dilaksanakan pada 24 Juli 2025 di BINUS Semarang. Suasana kelas yang hangat dan antusias menjadi bukti bahwa pelatihan ini menyentuh kebutuhan nyata. UI dan UX bukan sekadar teori, melainkan bekal praktis untuk menciptakan produk digital yang fungsional, menarik, dan menjawab kebutuhan sesungguhnya dari masyarakat. UI berfokus pada visual dan estetika, sementara UX menyentuh kenyamanan dan kemudahan penggunaan—dua aspek yang saling melengkapi dalam merancang aplikasi dan website yang berorientasi pada kepuasan pengguna.

Pendekatan penyuluhan yang digunakan menjadikan ilmu UI/UX mudah dicerna dan langsung dapat diterapkan. Dengan menyentuh aspek penting seperti Marketing Intelligence dan desain antarmuka sebagai bidang keahlian ketua tim, pelatihan ini mengajarkan bahwa desain yang baik adalah perpaduan antara kreativitas, logika bisnis, dan empati. Sisi emosional dari kegiatan ini terletak pada kesadaran bahwa siswa tidak hanya belajar cara mendesain, tetapi juga cara berpikir kritis dan berempati terhadap pengguna akhir. Ini sejalan dengan komitmen BINUS University terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Goals 4 (Kualitas Pendidikan), Goals 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan Goals 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur).

Dari Semarang, melalui tangan-tangan dosen yang berdedikasi, benih-benih inovasi digital yang berempati telah ditanamkan. Kisah ini membuktikan bahwa peran akademisi melampaui batas ruang kuliah—merangkul komunitas untuk bersama-sama tumbuh dan berinovasi. Inilah esensi dari Community Empowerment yang diusung oleh BINUS University, di mana setiap kegiatan adalah janji untuk terus berkontribusi pada kemajuan bangsa.-