Mengukir Visi Masa Depan: Pintu Masuk Para Calon Arsitek ke Dunia Nyata BINUS

Setiap siswa SMA memegang sebuah cetak biru tak terlihat di tangannya—yaitu impian masa depan. Namun, seringkali, memilih jalur yang tepat untuk mewujudkan cetak biru tersebut terasa seperti memasuki labirin. Khususnya bagi mereka yang terpesona oleh dunia arsitektur, pertanyaan seputar “apa itu arsitektur di era modern?” dan “bagaimana menjadi seorang arsitek yang relevan?” kerap menghantui. Menjawab keraguan esensial inilah, BINUS University mewujudkan komitmennya untuk memberdayakan generasi muda melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Ini bukan sekadar kegiatan, melainkan sebuah misi untuk memberikan panduan, menyalakan inspirasi, dan membangun keyakinan.

Program PkM bertajuk Pengenalan Jurusan Arsitektur – Technosphere menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan realitas profesi. Dilaksanakan oleh Bapak Ir. Welly Wangidjaja, MT, IPM—dosen dari Jurusan Arsitektur BINUS University—acara ini diselenggarakan secara tatap muka pada Senin, 28 Juli 2025, di Kampus BINUS Anggrek. Para peserta adalah siswa-siswi SMA dari Jakarta yang secara khusus diundang untuk menyelami lebih dalam dunia arsitektur. Mereka datang dengan rasa ingin tahu, dan pulang dengan bekal pemahaman yang lebih utuh tentang profesi yang sarat akan kreativitas dan solusi ini.

Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan jurusan Arsitektur, tetapi juga membuka wawasan siswa tentang bagaimana arsitektur berinteraksi dengan disiplin ilmu lainnya. Dalam sesi berbagi pengetahuan, Bapak Welly menjelaskan pentingnya memahami konteks dalam arsitektur dan disiplin sekutu—bahwa arsitek masa depan harus menjadi pemikir holistik. Bahkan, untuk memperkaya materi dan memberikan sentuhan realitas, disajikan ilustrasi penerapan seperti topik tentang kendaraan listrik dan perhitungan pemakaian daya. Ini menegaskan bahwa lulusan Arsitektur BINUS tidak hanya piawai merancang estetika, tetapi juga peka terhadap isu keberlanjutan dan teknologi.

Dampak kemanusiaan dari kegiatan ini terasa begitu kuat. Ketika para siswa pulang dari Kampus Anggrek, mereka tidak hanya membawa catatan, tetapi juga sebuah pemahaman baru yang telah disederhanakan. Mereka telah menerima panduan yang jelas, yang sebelumnya mungkin terasa kabur dan rumit. PkM ini berhasil menghapus keraguan dan mengubah kebingungan menjadi inspirasi. Inilah peran krusial institusi pendidikan—tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing masyarakat, khususnya generasi penerus, menuju pilihan karier yang paling sesuai dengan potensi mereka.

Kisah dari program Technosphere ini membuktikan kembali bahwa BINUS University serius dalam menjalankan misinya untuk berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Melalui transfer ilmu secara langsung dan humanis, BINUS memastikan bahwa pengetahuan tidak hanya terkurung di dalam kelas, tetapi mengalir dan memberdayakan komunitas. Kami percaya, setiap ilmu yang dibagikan adalah investasi bagi masa depan bangsa.-