Ketika Hutan Bicara : Menerjemahkan Pasar Karbon menjadi Kesejahteraan Komunitas di Papua Barat Daya

Di sudut timur Nusantara, di mana hijau hutan membentang luas bak permadani alam, terdapat janji sekaligus tantangan global yang kini bergema hingga ke pelosok: perdagangan karbon. Isu mitigasi perubahan iklim bukan lagi sekadar wacana elit, melainkan sebuah realita ekonomi bernilai triliunan yang harus dipahami dan dimanfaatkan oleh mereka yang selama ini menjadi garda terdepan penjaga ‘jantung bumi’ ini, yaitu komunitas lokal. Inilah yang menjadi dasar dari inisiatif BINUS University melalui kegiatan Sosialisasi Kebijakan Perdagangan Karbon di Papua Barat Daya. Proyek ini adalah jembatan pengetahuan dan kepastian hukum yang didirikan untuk memastikan bahwa kebijakan ekonomi berbasis pasar ini dapat diterjemahkan secara adil menjadi kesejahteraan yang berkelanjutan.

BINUS University, melalui program Pengabdian kepada Masyarakat, mengutus tim pakar yang dilaksanakan oleh Dr. Anton Dwi Fitriyanto, S.Kom, M.Kom dari Jurusan Manajemen. Mereka turun langsung menuju Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. Tim ini tidak hanya membawa kepakaran akademis dari Jakarta, tetapi juga semangat kolaborasi dengan para pemangku kepentingan utama: Pemerintah Daerah, Kelompok Masyarakat Adat, dan Pengelola Hutan. Wilayah ini, dengan kekayaan ekosistem karbon biru seperti hutan bakau yang krusial, memegang kunci keberhasilan iklim dunia. Dampak kemanusiaan dari proyek ini sangat nyata: memastikan bahwa para penjaga hutan tradisional dapat menjadi pemilik sah dan penerima manfaat utama dari aset karbon yang mereka lindungi.

Tantangannya terletak pada kompleksitas kebijakan. Perdagangan karbon adalah instrumen kebijakan berbasis pasar yang dirancang untuk mengurangi emisi GRK secara efisien. Namun, tanpa pemahaman yang memadai, kebijakan tingkat nasional ini berpotensi eksklusif. Oleh karena itu, tim BINUS memilih pendekatan diseminasi, pelatihan, dan konsultasi. Mereka menganalisis kebutuhan akan kerangka regulasi yang kuat dan penetapan harga karbon yang efektif, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa yang komunikatif bagi masyarakat adat. Tujuannya adalah menumbuhkan kapasitas kelembagaan lokal agar mampu menyusun rekomendasi kebijakan daerah yang adil—sebuah langkah edukatif yang mentransformasi pengetahuan teknis menjadi kekuatan tawar-menawar ekonomi.

Dalam sesi diskusi yang intensif, di tengah keindahan alam Sorong Selatan, tergambar jelas momen ‘Aha!’. Mata para perwakilan masyarakat adat mulai bersinar ketika menyadari bahwa hutan yang mereka lindungi kini memiliki nilai ekonomi global tanpa harus dirusak. Keahlian profesional dari BINUS bertemu dengan kearifan lokal, menghasilkan luaran berupa Modul Sosialisasi “Kebijakan dan Pasar Karbon di Papua Barat Daya” dan Rekomendasi Kebijakan Daerah. Output ini bukan sekadar laporan, melainkan katalis yang memberdayakan komunitas untuk bernegosiasi secara setara, memastikan bahwa setiap unit karbon yang dijual akan kembali meningkatkan taraf hidup mereka menjadi sebuah transformasi sosio-ekonomi yang menjadi inti dari karya konservasi.

Inilah wujud nyata dari misi BINUS University: “Fostering and Empowering”. Kisah di Sorong Selatan ini membuktikan bahwa sinergi antara kepakaran akademis yang profesional dan kebutuhan komunitas yang humanis dapat menciptakan dampak yang melampaui batas kelas. Kami di BINUS percaya, pemberdayaan terbesar adalah saat kami memberikan pengetahuan dan alat yang memampukan masyarakat berdiri di garda depan perubahan. Kolaborasi ini telah menghasilkan rekomendasi konkret untuk tata kelola hutan yang lestari dan adil. Kami mengundang Anda, para dosen, mahasiswa, dan pembaca, untuk menjadi bagian dari gerakan yang lebih besar.-