Memperkuat Desa Wisata Binaan Binus Berbasis Strategi Multi-Stakeholder Partnership Melalui Proyek Sosial
                        Perjalanan pemberdayaan masyarakat bukanlah sekadar program, melainkan sebuah ikatan hati dan kolaborasi nyata untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan. Di tengah keindahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, tim dari Jurusan Hubungan Internasional BINUS University hadir membawa semangat ini melalui proyek inisiatif bertajuk “Pelatihan dan Pendampingan untuk Memperkuat Desa Wisata Binaan BINUS Berbasis Strategi Multi-Stakeholder Partnership Melalui Proyek Sosial.” Kegiatan ini adalah manifestasi konkret dari komitmen BINUS untuk mengintegrasikan keilmuan akademis—termasuk model paradiplomasi dan informasi geospasial—dengan kebutuhan riil masyarakat, mewujudkan visi “Empowering Society” yang dilaksanakan oleh Aditya Permana. Selama dua hari, 13–14 Agustus 2025, kami berupaya merajut benang-benang potensi yang dimiliki masyarakat Pulau Panggang, terutama pada sektor pariwisata.
Mengapa Pulau Panggang? Pengembangan desa wisata ini merupakan prioritas program pengabdian Jurusan HI dan kelanjutan dari riset mendalam, termasuk Hibah LPDP dan kerja sama Kedaireka dengan Bappenas. Kami meyakini bahwa penguatan potensi pariwisata lokal—melalui promosi, pengembangan masyarakat, peningkatan kapasitas perempuan, dan diplomasi pariwisata—dapat dilakukan secara optimal dengan pendekatan kemitraan multipihak. Oleh karena itu, BINUS menggandeng mitra strategis seperti BAPPENAS, Badan Informasi Geospasial, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, untuk memastikan intervensi yang dilakukan memiliki dampak yang luas dan terstruktur.
Kegiatan yang berpusat di Aula Kelurahan Pulau Panggang ini menyentuh langsung aspek-aspek krusial bagi keberlanjutan pariwisata lokal. Tujuannya adalah tiga hal utama: pelatihan dan pembinaan UMKM dalam penguasaan bahasa Inggris dan strategi pemasaran; pengembangan tata kelola kelembagaan dan manajemen kerja sama untuk tour guide lokal; serta perancangan strategi penguatan ekonomi melalui manajemen keuangan, penguatan branding produk, dan perluasan jejaring lewat forum meet and match. Bayangkan dampaknya: seorang pelaku UMKM yang kini mahir berkomunikasi dengan turis asing dan mampu mengelola keuangannya secara profesional; atau seorang tour guide lokal yang tergabung dalam sistem manajemen terpadu yang kuat. Ini bukan sekadar pelatihan, melainkan investasi pada martabat dan masa depan komunitas.
Di balik kerangka kerja yang profesional dan penuh strategi paradiplomasi, terdapat kisah-kisah emosional yang menyentuh. Para dosen dan mahasiswa BINUS, seperti Dr. Lili Yulyadi, Dr. Miranda Tahalele, Ganesh Aji, Rhevy Andreda Putra, dan tim mahasiswa, berkolaborasi erat dengan masyarakat Pulau Panggang. Kami melihat antusiasme luar biasa dari para pelaku UMKM, terutama perempuan, dalam sesi seperti Digital Marketing dan English for Tourist Guide. Setiap senyum yang terpancar saat mereka memahami konsep split payment atau saat berlatih memperkenalkan produk dalam bahasa Inggris, adalah bukti nyata bahwa pendekatan kolaboratif ini berhasil memicu rasa kepemilikan dan harapan. Model ini menitikberatkan pada penguatan interaksi informalitas sebagai modalitas kolaborasi, menciptakan suasana pembelajaran yang hangat dan efektif.
Langkah selanjutnya? Output dari kegiatan ini tak berhenti pada pelatihan. Hasilnya berupa pemetaan isu dan potensi UMKM sebagai dasar modul berkelanjutan, terbentuknya model kerja sama kelembagaan tour guide, dan tersusunnya strategi branding serta rencana pengelolaan keuangan. Model kemitraan multi-pihak yang dikembangkan BINUS ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk peningkatan kapasitas dan pengembangan kebijakan di daerah lain. Kisah Pulau Panggang ini adalah undangan terbuka. Kami percaya bahwa pemberdayaan sejati lahir dari sinergi ilmu, hati, dan kolaborasi. Mari kita terus bergerak bersama, menciptakan lebih banyak kisah inspiratif di seluruh Indonesia, dan bersama-sama memberdayakan masyarakat untuk masa depan yang lebih cerah.-