Menjaga Permata Labuan Bajo: Misi BINUS University untuk Pariwisata Berkelanjutan

Labuan Bajo, sebuah nama yang membangkitkan citra keindahan bahari yang memesona, perbukitan savana yang megah, dan satwa purba yang legendaris. Sebagai salah satu warisan dunia UNESCO, popularitasnya sebagai destinasi wisata kelas dunia telah meroket dalam sepuluh tahun terakhir, menarik pengunjung dari seluruh penjuru bumi. Namun, di balik pesonanya, pertumbuhan yang pesat ini menyimpan sebuah tantangan besar: bagaimana memastikan pembangunan pariwisata berjalan selaras dengan kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat lokal? Menjawab panggilan ini, akademisi dituntut untuk turun tangan memberikan kontribusi nyata.

Menyadari urgensi tersebut, sebuah tim ahli dari Center of Excellence (CoE) Governance and Policy Studies BINUS University memulai sebuah misi pengabdian kepada masyarakat yang mendalam. Dilaksanakan oleh Dr. Setiani Putri Hendratno, S.E., M.Ak., Cert.DA., tim yang terdiri dari Prof. Dr. Lindrianasari, S.E, M.Si., Ak., Cert.DA., Bambang Leo Handoko, S.E., M.M., M.Si., Cert.DA., dan Dr. Mohamad Heykal, S.E., M.Si., Cert.DA. mendedikasikan waktu mereka dari tanggal 24 hingga 27 Juli 2025 untuk melakukan studi kasus bertajuk “Governance in Green Tourism – Study Case: Labuan Bajo”. Misi mereka jelas: melakukan analisis komprehensif untuk menghasilkan sebuah policy brief yang dapat menjadi panduan bagi pemerintah dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan.

Selama empat hari, para dosen ini tidak hanya bekerja di balik meja, tetapi terjun langsung untuk merasakan denyut nadi pariwisata Labuan Bajo. Agenda mereka padat dan beragam, dimulai dengan diskusi strategis bersama Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat untuk menyusun kajian pariwisata yang berkelanjutan, inklusif, dan ramah muslim. Mereka kemudian menyusuri pusat-pusat ekonomi lokal, dari hiruk pikuk pasar kuliner malam di Kampung Ujung, di mana mereka mengamati implementasi sertifikasi halal, hingga ke pusat-pusat kerajinan tangan di mana mereka menganalisis struktur harga produk lokal.

Puncak dari penelitian lapangan mereka adalah kunjungan ke destinasi-destinasi wisata utama, termasuk Pulau Padar yang ikonik. Di sinilah mereka menemukan potret tantangan yang sesungguhnya. Melalui wawancara langsung dengan sembilan wisatawan mancanegara, terungkap berbagai keluhan krusial: mulai dari toilet yang tidak layak, jalur pendakian yang sempit dan tidak aman karena hanya memiliki satu lajur untuk naik dan turun, hingga ruang tunggu yang minim dan tidak bebas asap rokok. Temuan-temuan ini menjadi bukti nyata bahwa infrastruktur dan layanan di lapangan belum sepenuhnya mampu mengimbangi lonjakan jumlah pengunjung, sebuah isu vital bagi keberlanjutan pariwisata.

Kisah perjalanan tim CoE BINUS University di Labuan Bajo adalah cerminan dari sebuah pengabdian yang melampaui teori. Ini adalah tentang bagaimana dunia akademik secara proaktif mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data otentik dari berbagai pemangku kepentingan—mulai dari pemerintah, pelaku UMKM, hingga turis—dan merumuskannya menjadi solusi konkret berupa rekomendasi kebijakan. Upaya ini adalah langkah esensial untuk memastikan bahwa “permata” pariwisata Indonesia ini tidak hanya bersinar terang hari ini, tetapi juga dapat terus dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

Ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana BINUS University berkontribusi dalam pembangunan nasional melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat? Jelajahi lebih banyak kisah inspiratif di situs kami dan lihat bagaimana kami berupaya menciptakan dampak positif yang nyata bagi Indonesia.-