Mengubah yang Abstrak Menjadi Konkret: Kisah Sukses Alat Peraga Pecahan di SD Penuai Indonesia

Di balik setiap angka dan rumus matematika, tersimpan potensi besar untuk membentuk cara berpikir logis. Namun, bagi sebagian besar siswa Sekolah Dasar (SD), terutama ketika berhadapan dengan konsep pecahan, materi ini sering terasa seperti tembok tinggi yang sulit didaki. Sifatnya yang abstrak kerap membuat siswa kesulitan membayangkan hubungan antara pembilang dan penyebut. Inilah yang menjadi titik awal kepedulian tim pengabdian kepada masyarakat BINUS University, yang dipimpin oleh John Fredy Bobby S. dari Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik. Mereka tidak hanya melihat kesulitan akademis, tetapi juga dampak emosionalnya: rendahnya kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.

Tim ini meluncurkan inisiatif Pemanfaatan Alat Peraga Konkret untuk Mempermudah Pemahaman Konsep Pecahan di Sekolah Dasar. Pengalaman menunjukkan bahwa media konkret—seperti fraction circles, balok pecahan, dan kartu pecahan—dapat memfasilitasi pembelajaran yang lebih aktif, partisipatif, dan kontekstual. Inisiatif ini dilaksanakan di SD Penuai Indonesia Tangerang, dengan tujuan meningkatkan pemahaman konsep pecahan siswa di sana. Kegiatan ini secara langsung selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Nomor 4: Pendidikan Berkualitas, yang menjadi misi BINUS untuk memberdayakan masyarakat.

Tahapannya dimulai dengan observasi awal untuk memahami kendala siswa dan guru, dilanjutkan dengan perancangan dan pembuatan alat peraga menggunakan bahan sederhana namun tahan lama. Tim tidak sekadar memberikan alat, tetapi juga mengadakan workshop guru untuk melatih pendidik dalam memanfaatkan media baru ini dalam proses pembelajaran interaktif. Pendekatan ini memastikan bahwa solusi yang ditawarkan tidak hanya bersifat sementara, tetapi terintegrasi secara berkelanjutan dalam kurikulum sekolah.

Hasil dari pembelajaran di kelas selama 2–3 pertemuan sungguh transformatif. Dengan memegang, melihat, dan menyusun langsung fraction circles, siswa tidak lagi sekadar menghafal, tetapi benar-benar memahami hubungan antara pecahan, pembilang, dan penyebut. Pengukuran melalui pre-test dan post-test membuktikan adanya peningkatan pemahaman konsep. Namun, dampak yang paling mengharukan adalah peningkatan motivasi belajar dan rasa percaya diri siswa dalam menyelesaikan soal-soal pecahan. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa integrasi media pembelajaran konkret dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi kesulitan matematika, mengubah keraguan menjadi keyakinan.

Proyek di SD Penuai Indonesia Tangerang ini menegaskan komitmen BINUS University dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, membawa ilmu dari kampus langsung ke tengah-tengah masyarakat. Ini adalah contoh otentik dari bagaimana keahlian akademisi dapat berkolaborasi dengan kebutuhan komunitas, menciptakan Pendidikan Berkualitas yang transformatif. Misi kita bersama adalah memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk menguasai konsep dasar yang akan membentuk masa depan mereka.