Lebih dari Sekadar Bangunan: Mengelola “Rumah Kedua” Mahasiswa dengan Sentuhan Arsitektur

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kampus, rumah kos seringkali menjadi lebih dari sekadar tempat singgah—ia adalah “rumah kedua” bagi para mahasiswa. Namun, tidak jarang kondisi hunian ini jauh dari kata layak, sebuah isu yang secara mendalam menyentuh kesejahteraan para generasi penerus bangsa. Menyadari pentingnya lingkungan yang mendukung, Michael Isnaeni Djimantoro, S.T., M.T., seorang dosen dari Jurusan Arsitektur BINUS University, mengambil langkah nyata dengan melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang berjudul “Pengelolaan Rumah Kos di Sekitar Kemanggisan” ini hadir sebagai jembatan ilmu pengetahuan arsitektur dengan kebutuhan masyarakat. Upaya ini bukan hanya tentang struktur fisik, tetapi juga tentang memberikan dampak nyata dan rasa aman bagi komunitas mahasiswa.
Kegiatan ini secara spesifik menargetkan pengelola rumah kos di sekitar wilayah Kemanggisan. Permasalahan utamanya adalah pengelolaan rumah kos yang kurang layak bagi mahasiswa. Di sinilah letak sentuhan humanis dari BINUS University: kami percaya bahwa pemberdayaan komunitas dimulai dari mengatasi persoalan mendasar yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Melalui penyuluhan pengenalan bidang arsitektur, Bapak Michael Isnaeni Djimantoro dan tim berupaya memberikan pengetahuan tentang standar layak huni dari perspektif arsitektur. Ini adalah sebuah investasi emosional, memastikan bahwa ruang tinggal para mahasiswa dapat mendukung fokus mereka dalam belajar, bukan menambah beban pikiran.
Pelaksanaan PKM ini berlangsung dengan format penyuluhan dan memakan waktu kurang lebih selama sebulan, tepatnya dari 5 Juli hingga 1 Agustus 2025. Selama periode ini, tim berinteraksi secara aktif dengan 20 orang pengelola rumah kos. Metodenya dikemas secara interaktif—mulai dari persiapan materi, presentasi, hingga sesi evaluasi dan diskusi. Komunitas sasaran menunjukkan antusiasme tinggi, dibuktikan dari diskusi yang interaktif. Luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah Property Assessment, sebuah panduan praktis dan terukur yang dapat digunakan para pengelola untuk menilai dan meningkatkan kelayakan properti mereka. Ini adalah contoh konkret bagaimana ilmu akademik, dalam hal ini arsitektur, dapat diolah menjadi solusi praktis dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Dampak dari PKM ini tidak berhenti pada penyuluhan. Di ranah akademik internal, materi dan hasil diskusi dari kegiatan ini menjadi pengkayaan materi mata kuliah Property Assessment. Dengan memasukkan contoh penerapan langsung, dosen dapat menjelaskan konsep “Operational Building” dan “Context in Architecture” secara lebih relevan kepada mahasiswa Arsitektur. Ini menciptakan siklus kebermanfaatan yang sinergis: pengalaman lapangan memperkaya materi kuliah, yang kemudian mencetak lulusan yang lebih peka dan kompeten dalam menghasilkan solusi bagi masalah sosial di masa depan. Komitmen ini bahkan disarankan untuk menjadi pembinaan rumah kos yang berkelanjutan.
Inisiatif ini adalah cerminan nyata dari nilai-nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dijunjung oleh BINUS University: memastikan bahwa ilmu tidak hanya berdiam di ruang kelas, tetapi mengalir dan memberdayakan komunitas. Kami bangga melihat bagaimana sentuhan profesionalisme arsitektur dapat menciptakan dampak emosional yang hangat, mengubah kamar kos yang suram menjadi hunian yang layak dan suportif.-