Pengusaha PATIN Kecil Menengah belajar Komunikasi Brand Online: The Power of Story

Salah satu dari Tridarma Perguruan tinggi adalah Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan setiap pengajar di perguruan tinggi perlu memasukkan kegiatan ini dalam portofolionya. Membagikan ilmu dan mengajarkan pengetahuan adalah bagian terpenting dari kegiatan Pengabdian tersebut.

Acara pelatihan ini didanai oleh hibah Kemenristek Dikti yaitu Program Kemitraan Masyarakat diketuai oleh Amalia E. Maulana, Ph.D., staf pengajar BINUS University dan anggotanya Dr. Ir. Irzal Effendi, M.Si dan Cecilia Eny Indriastuti, S.Pi, M.Si,keduanya dari IPB University. Kegiatan membagi ilmu pengetahuan ini diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 25 September 2019 di Hotel Whiz Primer Bogor acara pelatihan. Sejak pagi sudah ramai dihadiri oleh 27 peserta yang sebagian besar adalah Anggota Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI), khususnya pengusaha Patin berskala kecil dan menengah, dari berbagai daerah di Indonesia.

Dr Irzal Effendi membuka acara ini dengan menjelaskan betapa pentingnya kerjasama antar universitas dan dengan latarbelakang beliau di budidaya Patin, saling melengkapi dengan keahlian pemasaran dari pemateri Komunikasi Brand Online yaitu oleh Amalia E. Maulana, Ph.D. dari BINUS Business School. Ir. Imza Hermawan selaku ketua APCI menyambut baik acara ini karena dianggap sangat bermanfaat bagi para anggota khususnya para pengusaha yang berskala kecil dan menengah. Menurutnya, pelatihan ini berguna untuk meningkatkan kesadaran pengusaha patin bahwa Branding sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan, dan komunikasi online merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan. Revolusi industri 4.0 menuntut pelaku usaha untuk beradaptasi melalui komunikasi online.

Amalia mengawali sesi dengan menyampaikan hasil penelitian ethnography yaitu fokus pada temuan penting tentang kebingungan konsumen seputar ikan patin fillet yang beredar di pasar di Indonesia. Ini menjadi persoalan utama dalam pemasaran Patin di pasar dalam negeri yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum setiap anggota asosiasi mulai meningkatkan kegiatan komunikasi brand nya secara online. Saat ini masih simpang siurnya penamaannya. Ini belum menjadi perhatian pelaku usaha. Konsumen kebingungan terhadap istilah patin, dori, dan pangasius yang dianggap konsumen sebagai jenis ikan yang berbeda-beda padahal intinya merujuk kepada ikan yang sama. Perlu kerja sama dari seluruh pihak yang berkepentingan, khususnya dari pihak asosiasi, pelaku usaha, pedagang dan Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Untuk bisa memasarkan brand ikan patin secara online maka pengusaha butuh memahami media habit dan kebutuhan pada konsumennya. Selain itu harus dicari cerita-cerita menarik seputar ikan patin fillet yang bisa menjadi magnit bagi konsumen agar mulai memasukkan ikan ini dalam menunya. ’The Power of Story’ menjadi pokok bahasan yang menarik dalam workshop ini, Secara bersama-sama, APCI perlu menggali lagi berbagai Cerita Patin untuk komunikasi online nya.

Salah Satu peserta yang juga merupakan pengusaha ikan lele menyampaikan keinginannya untuk branding ikan lele, disamping ikan patin. Amalia menjelaskan bahwa itu usulan yang baik dan akan ditampung sebagai langkah selanjutnya di program-program kemitraan berikutnya. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana membangun brand Patin ini bisa sukses dan menjadi pedoman bagi pelaku usaha di jenis ikan-ikan lainnya.

Saat ini keberadaan perusahaan di dunia digital belum menjadi prioritas dan banyak pengusaha yang masih merasa gamang untuk berkomunikasi secara lebih baik dan tajam di media ini. Acara pelatihan ini menjadi moment yang baik untuk para pengusaha patin, khususnya yang kecil dan menengah untuk lebih berbenah terhadap tampilannya di dunia digital dan menjadi pemenang di hati konsumennya.


Amalia E. Maulana, Ph.D.