Prof. Dr. Juneman Abraham, S.Psi., M.Si.

Prof. Dr. Juneman Abraham, S.Psi., M.Si.

Vice Rector – Research and Technology Transfer

  • COMMUNITY EMPOWERMENT (CE) - BINUS UNIVERSITY KAMPUS ANGGREK Jl. Raya Kb. Jeruk No.27, RT.1/RW.9, Kb. Jeruk, Kecamatan Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta-11530 | đź“§ Email : cda@binus.edu | đź“· Instagram : @binusempowerment | 🎥 Youtube : Community Empowerment BINUS | Phone: +62 21 534 5830

 

Juneman Abraham: Membongkar Mekanisme Korupsi dan Merayakan Sains Tanpa Sekat

 

 

Bukan Sekadar Wakil Rektor & Profesor, tapi ‘Penerjemah’ Sains untuk Gen Z

 

Apakah Anda pernah merasa hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi, menciptakan persona online yang sempurna, hingga akhirnya lupa siapa diri sejatimu? Juneman Abraham, seorang Guru Besar di bidang Psikologi Sosial yang kini menjabat juga sebagai Wakil Rektor BINUS bidang Penelitian dan Alih Teknologi, memiliki sebuah konsep yang secara mengejutkan relevan dengan fenomena ini: counterfeit self. Konsep ini adalah salah satu dari sekian banyak pemikiran mendalam yang ia tawarkan, tidak hanya untuk memahami perilaku koruptor, tetapi juga untuk menavigasi kompleksitas integritas di era modern. Lebih dari sekadar akademisi, Juneman Abraham adalah seorang “penerjemah”—sosok yang menjembatani jurang antara lab penelitian yang kaku dan gejolak kehidupan sehari-hari.

Kepakarannya, Psikologi Korupsi dan Sains Terbuka – sekilas, keduanya mungkin tampak seperti dua topik yang terpisah, namun pada dasarnya, keduanya merupakan dua sisi dari satu koin yang sama: integritas. Psikologi Korupsi membahas ketiadaan integritas di level individu, sementara Sains Terbuka adalah instrumen untuk membangun dan menumbuhkan integritas di ranah akademik dan sosial.

 

Kilas Balik dan Lensa Karier: Mengukuhkan Posisi Akademis

 

Rekam jejak Juneman Abraham menunjukkan kredibilitas yang kuat di dunia akademik. Ia adalah seorang Guru Besar Psikologi Sosial di Universitas Bina Nusantara (BINUS).1 Spesialisasinya mencakup bidang yang luas dan interdisipliner, mulai dari Psikologi Sosial, Psikologi Korupsi, hingga Etika Digital dan Perilaku Konsumen.1 Kedalaman pemikirannya juga tercermin dalam buku-buku yang ia sunting, seperti “Psikologi Kebangsaan Sebagai Payung Studi Baru di Indonesia” dan “Psikologi Konseling Pastoral“.2

Peran kepemimpinannya melampaui sekadar mengajar dan meneliti. Sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Transfer Teknologi di BINUS University, ia memiliki posisi yang strategis untuk mengimplementasikan ide-ide besar.3 Ia memelopori inisiatif “Pengabdian kepada Masyarakat Bermetodologi” (Methodological Community Development) dan membentuk brand BREW (BINUS Research and Empowerment) Festival, yang bertujuan untuk membangun kapasitas riset, pengabdian masyarakat, dan transfer teknologi di kalangan internal BINUS.3 Peran administratif ini bukanlah sekadar sebuah jabatan, melainkan sebuah perpanjangan praktis dari pemikiran teoritisnya.

Ia tidak hanya mengadvokasi ide-ide secara lisan, tetapi juga memiliki kekuatan kelembagaan untuk mewujudkannya. Contohnya, ia mencanangkan program Open Data dan Open Contributorship di BINUS, sebuah langkah konkret yang sejalan dengan advokasi utamanya di bidang Sains Terbuka (Open Science).4

Kontribusinya menyentuh berbagai bidang. Ia tercatat sebagai Co-founder Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia (AIFI) dan Mata Kuliah Psikoetika di BINUS.4 Sebagai mitra bestari, ia dianugerahi penghargaan One of The Top 1 Per Cent of Peer Reviewers in Multidisciplinary pada tahun 2017 dan 2018 oleh Publons (Web of Science Group).4 Sertifikasi yang dimilikinya pun beragam, mulai dari Certified Ethics Teacher dari UNESCO hingga Perancang dan Fasilitator Pengembangan Komunitas atau Certified Designer and Facilitator on Community Development dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), yang semakin menegaskan rekam jejaknya yang multi-dimensi.1

 

Korupsi: Bukan Masalah Uang, tapi ‘Jiwa yang Tergadai’

 

Juneman Abraham menawarkan perspektif yang revolusioner tentang korupsi: ia berpendapat bahwa pencegahan korupsi tidak akan efektif jika hanya mengandalkan penegakan hukum.5 Baginya, korupsi adalah masalah psikologis yang berakar pada mekanisme internal manusia. Dalam tinjauan teoretisnya, ia bersama para koleganya mengusulkan sebuah model hipotetis yang mampu menjelaskan mengapa seseorang berperilaku korup.5

Salah satu konsep terpenting dalam model tersebut adalah moral disengagement, sebuah mekanisme pelepasan moral.5 Ini adalah sebuah proses psikologis di mana seseorang melepaskan standar etika internalnya untuk melakukan tindakan yang tidak etis tanpa merasa bersalah. Ini bagaikan membangun “pagar virtual” di dalam pikiran, yang memungkinkan seseorang memisahkan tindakannya dari nilai-nilai moral yang mereka anut. Melalui proses ini, koruptor dapat merasionalisasi perbuatan mereka, sehingga tindakan yang sejatinya tercela menjadi terasa “biasa saja” atau bahkan dapat dibenarkan.

Ia memadukan konsep tersebut dengan inti dari pemikirannya tentang korupsi, yaitu konsep counterfeit self atau ‘jiwa palsu’.5 Berbeda dari munafik yang tahu bahwa mereka berpura-pura, seseorang dengan counterfeit self telah sepenuhnya menginternalisasi persona palsu itu sebagai identitas mereka yang sejati. Konsep ini menjelaskan bagaimana seseorang dapat menjadi sangat terfokus pada “institusi” atau “impulsif” hingga mengorbankan “jiwa sejati” (true/real self) mereka.6

Bagi Gen Z, konsep ini sangat relevan. Di era media sosial, di mana “personal branding” menjadi hal yang lumrah, seseorang mungkin secara tidak sadar membangun sebuah identitas ideal di Instagram atau TikTok. Jika motivasi utama di balik penciptaan persona ini adalah untuk mendapatkan validasi dan mengikuti ekspektasi eksternal, bukan dari dorongan otentik, maka proses tersebut dapat dilihat sebagai bentuk counterfeit self. Pada akhirnya, pengorbanan true self demi persona palsu bisa menjadi pintu gerbang menuju perilaku moral disengagement dan, dalam konteks yang lebih besar, tindakan korupsi.

Juneman juga secara tegas menolak argumen bahwa korupsi adalah bagian dari budaya tertentu.6 Ia berpandangan bahwa moralitas dasar manusia itu universal. Oleh karena itu, rasionalisasi perilaku korup dengan dalih “kearifan lokal” atau “budaya” sangat tidak dapat dibenarkan. Pandangan ini menempatkan korupsi sebagai masalah psikologis universal, bukan fenomena budaya yang relatif.

Berikut adalah tabel yang merangkum konsep-konsep kunci dalam teori Juneman Abraham tentang Psikologi Korupsi, dengan relevansinya untuk Gen Z.

Nama Konsep Definisi Singkat Relevansi untuk Gen Z
Moral Disengagement Proses melepaskan standar etika internal untuk melakukan tindakan tak etis tanpa merasa bersalah. Memungkinkan rasionalisasi perilaku cyberbullying atau menyontek dalam ujian tanpa beban moral.
Counterfeit Self Kondisi di mana “jiwa sejati” (true self) dikuasai oleh motivasi eksternal atau institusional. Menciptakan persona ideal di media sosial (misalnya, influencer) yang tidak mencerminkan diri yang sebenarnya.
Moral Emotion Emosi seperti rasa malu atau bersalah yang memotivasi perilaku etis. Mengelola emosi ini penting untuk menjaga integritas, baik dalam interaksi online maupun offline.

 

Sains Terbuka: Mengikis ‘Dominasi WEIRD’ dan Mengangkat Suara Psikologi Indonesia

 

Juneman Abraham adalah seorang pegiat Sains Terbuka yang sangat vokal, sebuah gerakan yang ia yakini dapat menjawab masalah struktural dalam riset psikologi global.7 Ia mengkritik dominasi penelitian psikologi yang datang dari negara-negara yang ia sebut sebagai “WEIRD” (Western, Educated, Industrialized, Rich, and Democratic).7 Dominasi ini tidak hanya membatasi keragaman perspektif, tetapi juga menyulitkan penelitian dari negara-negara non-WEIRD, termasuk Indonesia, untuk mendapatkan visibilitas dan pengakuan global.7

Sains Terbuka adalah solusi yang ia tawarkan.8 Dengan mendorong keterbukaan data, metodologi, dan aksesibilitas hasil penelitian, ia percaya bahwa riset dari negara berkembang dapat memiliki dampak yang lebih besar.8 Dalam pandangannya, “korupsi ilmu” dan korupsi ekonomi serta sosial adalah dua manifestasi dari masalah integritas yang sama. Sains tertutup (Closed science), dengan kurangnya transparansi data dan metodologi, dapat disalahgunakan untuk memanipulasi temuan atau menghindari kritik, yang mirip dengan cara korupsi bersembunyi di balik birokrasi yang rumit. Oleh karena itu, prinsip-prinsip Sains Terbuka—seperti Open Data dan Open Contributorship yang ia canangkan di BINUS—secara efektif memaksa ilmuwan untuk berintegritas dan transparan, menciptakan ekosistem akademik yang lebih sehat dan jujur.4

Ia tidak hanya berteori tentang hal ini; ia secara aktif mengimplementasikannya. Sebagai Ketua Dewan Editor ANIMA Indonesian Psychological Journal, ia berkomitmen untuk meningkatkan standar jurnal agar dapat diakses secara global, dengan tujuan utama mewujudkan psikologi yang lebih inklusif.7 Selain itu, ia juga aktif sebagai peer reviewer untuk jurnal-jurnal internasional, sebuah peran yang memberinya pengaruh untuk mempromosikan kontribusi dari para sarjana Indonesia.4

Berikut adalah tabel yang merangkum kontribusi Juneman Abraham dalam gerakan Sains Terbuka.

Peran/Jabatan Inisiatif/Kontribusi Dampak
Salah satu Inisiator Sains Terbuka Indonesia Mencanangkan Open Data & Open Contributorship di BINUS Menginstitusionalisasikan prinsip Sains Terbuka di tingkat universitas.
Ketua Dewan Editor Mengarahkan ANIMA Indonesian Psychological Journal ke standar internasional terbuka Meningkatkan akses dan visibilitas riset psikologi Indonesia secara global.
Mitra Bestari Menjadi peer reviewer untuk berbagai jurnal internasional Memperoleh pengakuan global dan mempromosikan inklusivitas dalam publikasi ilmiah.

 

Psikologi di Ruang Publik: Ketika Wawasan Bertemu Keseharian

 

Sebagai seorang akademisi, Juneman Abraham secara konsisten berupaya membawa wawasan psikologi dari ranah teoretis ke diskursus publik. Ia aktif sebagai kolumnis di Kompas.com, di mana ia membahas isu-isu terkini seperti penggunaan Generative AI dalam penulisan ilmiah, kebijakan publik seputar IKN Nusantara, dan dinamika organisasi profesi.9 Kontennya mencerminkan fokusnya pada etika dan integritas di berbagai sektor.

Kemampuannya dalam menerjemahkan teori abstrak menjadi narasi yang relevan terlihat jelas dalam analisisnya terhadap fenomena pop-culture. Salah satu contoh paling ikonik adalah interpretasinya terhadap pengibaran bendera One Piece oleh sekelompok pemuda menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia pada 2025.4 Peristiwa yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang, ia tafsirkan sebagai “protes simbolis, kreatif, dan nonkekerasan” yang mencerminkan adanya “kontrak psikologis yang tidak terpenuhi antara warga dan negara”.10 Ia berhasil menghubungkan sebuah fenomena viral dengan sebuah konsep psikologis yang mendalam—psychological contract—menunjukkan bahwa psikologi adalah alat yang ampuh untuk memahami bahkan peristiwa sosial yang paling niche sekalipun.

Kehadirannya di ranah digital juga mencerminkan fleksibilitasnya dalam berkomunikasi. Melalui kanal YouTube pribadinya, ia membagikan konten yang beragam, mulai dari kuliah formal seperti “Interpersonal Attraction” hingga video testimoninya di acara-acara penting universitas.11 Ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual yang tidak membatasi diri pada satu medium, tetapi secara aktif mencari cara untuk menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk Generasi Z.

 

Arsitek Jembatan Antara Laboratorium dan Keseharian

 

Perjalanan Juneman Abraham menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang multidimensional: seorang akademisi yang produktif, pelayan institusi yang visioner, dan seorang intelektual publik yang relevan. Ia tidak hanya menciptakan teori-teori penting tentang korupsi dan sains, tetapi juga secara aktif mengimplementasikan dan menyebarkannya. Posisi ganda ini—sebagai pemikir dan pelaksana—memberinya kesempatan yang signifikan untuk mempengaruhi situasi menjadi lebih baik.

Pemikiran-pemikirannya, khususnya tentang counterfeit self dan pentingnya Sains Terbuka, memiliki relevansi yang penting bagi masa depan Indonesia, terutama bagi Generasi Z. Konsep counterfeit self menawarkan sebuah kerangka untuk memahami krisis identitas di era digital, sebuah tantangan yang dihadapi banyak anak muda saat ini.

Sementara itu, advokasinya terhadap Sains Terbuka adalah seruan untuk integritas yang lebih besar, tidak hanya di ranah akademik, tetapi juga di seluruh lapisan masyarakat. Ia membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah menara gading yang terisolasi, melainkan sebuah alat yang dapat digunakan untuk membangun masyarakat yang lebih jujur dan berintegritas.

Pada akhirnya, ia adalah arsitek jembatan antara dunia teoretis dan praktis, memiliki passion yang aktualisasinya teruji dalam menginspirasi generasi muda untuk tidak hanya menjadi konsumen wawasan, tetapi juga agen perubahan yang berani.

Referensi

  1. Juneman Abraham – Special Capital Region of Jakarta, Indonesia, Bina Nusantara University, University of Indonesia | about.me, accessed September 14, 2025, https://about.me/juneman
  2. Juneman Abraham (Bina Nusantara University) – PhilPeople, accessed September 14, 2025, https://philpeople.org/profiles/juneman-abraham
  3. Dr. Juneman Abraham, S.Psi., M.Si. – Community Empowerment, accessed September 14, 2025, https://empowerment.binus.ac.id/people/vice-rector-research-and-technology-transfer/
  4. Juneman Abraham ~ psikolog sosial – You can hear my voice here… I finally found myself!, accessed September 14, 2025, http://www.juneman.me/
  5. Psychological mechanism of corruption: A comprehensive review …, accessed September 14, 2025, https://scholar.ui.ac.id/en/publications/psychological-mechanism-of-corruption-a-comprehensive-review
  6. (PDF) Psychological Mechanism of Corruption: A Comprehensive …, accessed September 14, 2025, https://www.researchgate.net/publication/327701265_Psychological_Mechanism_of_Corruption_A_Comprehensive_Review
  7. Broadening Psychological Research: From WEIRD Societies to …, accessed September 14, 2025, https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jpa/article/view/7314
  8. ‪Juneman Abraham – ‪Google Scholar, accessed September 14, 2025, https://scholar.google.ca/citations?user=QHRk4KYAAAAJ&hl=th
  9. Kolom Juneman Abraham – Kompas.com, accessed September 14, 2025, https://kolom.kompas.com/juneman.abraham
  10. Juneman on BINUS TV: Social Psychological Insights on “One Piece” Flag – Research, accessed September 14, 2025, https://research.binus.ac.id/2025/09/prof-juneman-on-binus-tv-social-psychological-insights-on-one-piece-flag/
  11. Juneman Abraham – YouTube, accessed September 14, 2025, https://www.youtube.com/@junemanabraham
  12. Juneman Abraham – YouTube, accessed September 14, 2025, https://www.youtube.com/user/neumannjune/videos