Bandung, 16 Juli 2022- Tanpa disadari, peran desa memiliki posisi yang strategis dalam perekonomian bangsa. Desa telah berhasil menjadi pemasok kebutuhan pangan, energy maupun sumber daya manusia yang mumpuni dalam menggerakan daerah industry maupun perkotaan. Desa juga memiliki banyak potensi lainnya misalnya saja potensi dalam bidang pariwisata. Desa yang memiliki keunggulan dapat menangkap peluang untuk dapat bersaing khususnya dalam pasar pariwisata. Berdasarkan Buku Panduan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan Kemenparekraf (2020), Desa Wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung di bawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepeduliaan serta kesadaran untuk berperan bersama sesuai ketrampilan dan kemampuan masing-masing, memberdayakan potensi secara kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta Pesona sehingga tercapai peningkatan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat di wilayah itu. Singkatnya, prinsip utama dalam desa wisata adalah desa membangun, yaitu desa yang fokus kepada pemberdayaan masyarakat untuk dapat membangun desanya secara mandiri.
Lantas, bagaimana suatu desa dapat mengembangkan desa wisata yang memiliki keunggulan dan mampu berdaya saing?. Untuk itu diperlukan tahapan perencanaan dan manajemen yang jelas terhadap penggembangan desa wisata seperti yang dilansir oleh Kementrian PPN/Bappenas dalam website Disbudpar Ponorogo, antara lain sebagai berikut:
Meninjau potensi besar dari Desa Wisata, Binus University melalui Community Development Academic menyelenggarakan program seminar dan penyuluhan “Gerakan Sadar Wisata dan Pengembangan Produk Kreatif Sebagai Daya Tarik Desa Wisata” pada tanggal 16 Juli 2022. Program tersebut berlangsung di Desa Campakamulya dan Desa Pasirmulya yang merupakan desa wisata binaan Binus University. Program Gerakan Sadar Wisata dan pengembangan produk wisata tersebut dilakukan sebagai tahapan perencanaan yang dilakukan untuk pengembangan pariwisata khususnya di Desa Pasirmulya.
Menurut Ibu Retno Dewanti, S.Si, MM, Ph.D, Manajer Community Development Academic, Produk wisata terlahir karena adanya pengamatan yang serius terhadap objek yang ditemukan sebagai nilai-nilai yang disadari yang bisa menjadi penawaran atas manfaat produk dikemudian hari. Sesuai dengan komitmen Binus University yaitu Fostering and Empowering for Indonesia, Binus University melalui Binus Bandung, divisi Community Development Academic dan para dosen School of Design Binus University mengadakan pendampingan terhadap Desa Pasirmulya mengenai pengembangan produk kreatif sebagai daya tarik wisata serta pelatihan promosi dan pemasaran sosial media untuk pariwisata.
Tanpa adanya sentuhan pendampingan yang tepat terhadap masyarakat desa wisata dan komunitas gerakan sadar wisata serta perlunya promosi wisata yang tepat sasaran maka potensi wisata yang dimiliki oleh desa wisata hanya akan memiliki nilai saing yang rendah dibandingkan desa wisata lainnya. (PUTI)