Pengabdian kepada Masyarakat bukan sekadar rutinitas akademik, melainkan sebuah panggilan hati untuk memberdayakan dan mencerahkan. Di jantung Jakarta Timur, tepatnya di Yayasan Pendidikan Rahmatusysyifa, sebuah kisah inspiratif terukir. Di sanalah, komunitas Majelis Taklim Rahmatusysyifa menjadi saksi dari komitmen BINUS University dalam memperkuat fondasi keagamaan. Kegiatan bertajuk “Berpegang Teguh pada Al-Qur’an” ini dilaksanakan oleh Bapak Agus Masrukhin dari Character Building BINUS University, sebagai Ketua Tim Pengusul. Beliau membawa semangat kolaborasi dan ilmu untuk menjawab tantangan fundamental yang dihadapi oleh jamaah. Inilah esensi dari misi BINUS: menyalurkan ilmu pengetahuan demi dampak kemanusiaan yang nyata.
Setiap komunitas memiliki tantangannya sendiri. Bagi Majelis Taklim Rahmatusysyifa, isu utamanya adalah rendahnya literasi agama Islam yang terstruktur dan kontekstual. Akibatnya, pemahaman terhadap ajaran Islam masih cenderung parsial dan kurang mendalam, yang berpotensi menimbulkan kekeliruan dalam praktik ibadah dan respons terhadap isu sosial-keagamaan kontemporer. Melihat kondisi ini, tim PkM BINUS hadir bukan sebagai pemberi materi satu arah, melainkan sebagai fasilitator dialog dan pendalaman. Tujuan utamanya adalah meningkatkan keimanan dan pengetahuan jamaah tentang pentingnya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan penyuluhan ini diselenggarakan pada 17 Juli 2025, melibatkan dosen dan mahasiswa, serta berkolaborasi dengan tokoh agama lokal untuk memastikan relevansi kontekstual.
Untuk memastikan ilmu tersampaikan secara efektif, tim PkM menggunakan metode ceramah interaktif disertai diskusi kelompok. Pendekatan ini dipilih agar peserta yang terdiri dari masyarakat dan santri pondok pesantren Rahmatusysyifa—tidak hanya menjadi penerima pasif, melainkan aktif bertanya dan berdialog. Melalui diskusi umum, terbatas, dan pendampingan intensif, fokus materi diarahkan pada pemahaman kaidah dzikir, akidah, ibadah, dan muamalah. Pendekatan partisipatif, studi kasus, dan evaluasi berkala menjadi kunci untuk mengukur peningkatan pemahaman. Hasilnya sungguh menggembirakan: terjadi peningkatan pemahaman peserta tidak hanya sekadar memahami tafsir, tetapi juga mendalami sejarah dan nilai moral yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Dampak dari pengabdian ini jauh melampaui transfer pengetahuan. Secara emosional dan spiritual, kegiatan ini menumbuhkan kesadaran untuk memperbaiki niat dan ibadah, serta memicu semangat untuk mendalami kitab suci agama Islam secara utuh. Selain itu, kegiatan ini berhasil menumbuhkan semangat kebersamaan dalam belajar agama secara berkelanjutan. Luaran kegiatan diharapkan menghasilkan modul pembelajaran agama Islam yang sederhana namun komprehensif, dan terbentuknya kelompok belajar kecil yang mampu menjadi agen penyebar literasi keagamaan. Manfaat jangka panjangnya adalah meningkatkan kualitas spiritual jamaah dan memperkuat fondasi pemahaman agama yang moderat, selaras dengan tujuan SDGs yang diusung oleh tim.-