Di era digital yang bergerak begitu cepat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Ia menawarkan jendela dunia—akses instan ke informasi, ruang berekspresi, dan peluang belajar tanpa batas. Namun, di balik kilaunya, terdapat bayangan risiko yang mengintai. Penggunaan yang berlebihan dan tanpa kendali seringkali membuka pintu bagi kecanduan, paparan konten berbahaya, perundungan daring, dan tekanan sosial yang mendalam akibat Fear of Missing Out (FOMO). Melihat kondisi ini, tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Character Building BINUS University, yang dilaksanakan oleh Ibu Meitty Josephin Balontia, tergerak untuk menjawab tantangan tersebut melalui kegiatan yang menyentuh hati dan berdampak nyata.
Kenyataan bahwa literasi digital yang rendah dan kurangnya pendampingan dari orang tua maupun lingkungan sekitar memperburuk dampak negatif media sosial menjadi latar belakang utama kegiatan ini. Komunitas KPAD Sriwijaya di Cimahi menjadi fokus penyuluhan yang dilaksanakan pada 26 Juli 2025. Tujuannya bukan sekadar memberi peringatan, melainkan untuk menciptakan benteng pertahanan digital yang kuat. Esensi dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran remaja tentang penggunaan media sosial yang sehat, meningkatkan literasi digital bagi remaja dan orang tua, serta membentuk perilaku positif di dunia maya. Kami percaya, dampak emosional dari cyberbullying atau kecanduan media sosial adalah nyata dan seringkali tersembunyi, sehingga intervensi yang humanis dan edukatif adalah sebuah keniscayaan.
Kegiatan penyuluhan bertajuk “Efek Sosial Media pada Anak Remaja: Apa yang Dapat dilakukan oleh Keluarga dan Lingkungan Sekitar?” dirancang dengan metode yang interaktif dan komprehensif, menggabungkan seminar, lokakarya, dan kampanye kesadaran. Pendekatan 5W+1H menjadi panduan pelaksanaan: Seminar Literasi Digital untuk memberikan pemahaman dasar, Pelatihan Pembuatan Konten Positif untuk mengalihkan fokus dari konsumsi pasif ke kreasi yang memberdayakan, serta Kampanye Anti-Hoaks dan Anti-Cyberbullying untuk membangun empati dan tanggung jawab digital. Seluruh upaya ini berpusat pada keterlibatan aktif orang tua dan pendidik, memastikan bahwa pendampingan digital menjadi tanggung jawab kolektif, bukan individual.
Melalui sinergi antara akademisi dan komunitas ini, BINUS University tidak hanya menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, tetapi juga menginternalisasikan nilai-nilai inti dalam memberdayakan masyarakat. Dampak yang diharapkan sungguh signifikan: peningkatan kualitas interaksi digital, penguatan keterlibatan keluarga dalam pendampingan, dan penciptaan lingkungan yang suportif bagi tumbuh kembang remaja. Ini adalah langkah nyata dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya Pilar Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat serta Pendidikan Berkualitas. Kami tidak sekadar memberikan ilmu; kami menanamkan benih kesadaran kolektif.
Kegiatan ini adalah kisah tentang harapan dan tanggung jawab bersama. Kisah Ibu Meitty Josephin Balontia dan timnya adalah bukti bahwa kepakaran akademik dapat diterjemahkan menjadi solusi praktis yang menyentuh permasalahan sosial di tengah masyarakat. Harapannya, remaja di KPAD Sriwijaya—dan di seluruh Indonesia—dapat memanfaatkan media sosial sebagai alat yang memberdayakan, bukan sebagai beban yang menjerat. Mari bersama-sama menjadi agen perubahan.-