Teologi Harapan Untuk Umat

Kecemasan dan keputusasaan, seringkali dipicu oleh tekanan ekonomi, kesehatan, atau masalah sosial, adalah pergumulan nyata yang dihadapi oleh banyak orang di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. Namun, di tengah tantangan tersebut, hadir sebuah inisiatif mulia yang membuktikan bahwa teologi tidak hanya untuk ruang kuliah, melainkan sebuah alat aplikatif yang dapat menyentuh dan menjawab pergumulan sehari-hari umat. Inilah kisah dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen Character Building BINUS University, Bapak Heru Lono Murtopo—sebuah langkah nyata dalam mewujudkan misi pemberdayaan komunitas.

Kegiatan yang berjudul “Teologi Harapan Untuk Umat” ini dilaksanakan sebagai bentuk respons langsung terhadap fenomena kecemasan dan rasa tanpa harap yang melanda Paroki Matius Bintaro. Tujuan utamanya adalah memberikan pendampingan spiritual dan pemahaman iman yang berakar pada Teologi Harapan Katolik, sekaligus membekali para peserta dengan perspektif iman yang kuat untuk membangun ketahanan diri. Tak hanya itu, kegiatan ini juga menciptakan ruang dialog yang aman dan menyejukkan, tempat umat dapat saling berbagi dan menemukan dukungan. Hal ini menunjukkan komitmen BINUS University dalam menghasilkan dampak positif yang tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga menyentuh dimensi spiritual dan sosial masyarakat.

Acara ini diselenggarakan pada tanggal 24 Agustus 2025 di Paroki Matius Bintaro. Metode pelaksanaannya dikemas secara interaktif dan mendalam, meliputi ceramah interaktif, Focus Group Discussion (FGD), dan pendampingan spiritual. Total 150 peserta umat Paroki terlibat aktif dalam sesi ini, menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk mencari bekal spiritual di tengah kesulitan. Pendekatan ini, yang memadukan transfer ilmu dengan eksplorasi pribadi dan komunitas, menjadi kunci bagaimana kegiatan ini mampu menembus batas-batas keputusasaan, mengubahnya menjadi keyakinan akan penyertaan Allah—yang berbeda dari sekadar optimisme kosong.

Sentuhan emosional dari kegiatan ini sungguh terasa. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa para peserta melaporkan peningkatan signifikan dalam pemahaman mereka, merasa lebih kuat, dan menemukan komunitas yang saling mendukung. Luaran yang paling penting adalah terbentuknya kelompok pendampingan sebaya. Kelompok ini bukan hanya sebuah hasil, melainkan sebuah dampak berkelanjutan yang memastikan umat memiliki wadah untuk terus saling menguatkan, menciptakan jaring pengaman sosial dan spiritual yang teguh. Ini adalah cerminan sejati dari pemberdayaan masyarakat yang berakar dari fondasi pengetahuan yang membangun karakter dan kebersamaan.

Kisah “Teologi Harapan Untuk Umat” adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara akademisi dan komunitas mampu menciptakan transformasi yang mendalam dan berkelanjutan. Ini adalah undangan bagi kita semua—dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum—untuk melihat bahwa ilmu pengetahuan, dalam hal ini Teologi, adalah daya penggerak bagi harapan. –